kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Sejumlah Emiten Ini Dibayangi Fluktuasi Rupiah, Simak Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 03 Juli 2022 / 10:45 WIB
Kinerja Sejumlah Emiten Ini Dibayangi Fluktuasi Rupiah, Simak Rekomendasi Sahamnya


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi

Lebih lanjut, obligasi ICBP senilai US$ 2,75 miliar tidak dilindungi nilai. Meski demikian, ada beberapa hal yang meringankan karena jatuh tempo surat utang yang lama hingga tahun 2031. Itu berarti tidak ada kebutuhan pembiayaan kembali dalam waktu dekat.

Selain MDLN, ASRI, APLN, GJTL, ICBP, Pandu menjelaskan emiten lain yang memiliki porsi utang besar dalam dolar antara lain PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

"Besaran utang valas ini dapat berbahaya jika emiten tidak melakukan hedging," jelas Pandu.

Ia bilang, meski secara operasional membukukan kinerja yang solid, namun dapat dengan mudah tergerus dengan kerugian kurs yang menimpa. Bahkan, tidak jarang akan membuat para emiten membukukan bottom line negatif akibat besarnya porsi hutang dalam struktur modal mereka.

Menurutnya, hedging sangat penting untuk dilakukan oleh para emiten, terutama menghadapi resiko penguatan dolar yang diperkirakan masih akan berlanjut hingga beberapa waktu mendatang, mengingat strategi The Fed yang lebih agresif dalam memerangi inflasi.

Berdasarkan prospek bisnis, Pandu memandang MEDC cukup menarik sejalan dengan peningkatan kinerja operasional, sejak akuisisi blok corridor awal tahun ini dari Conoco Phillips. Kinerja emiten ini semakin terdongkrak oleh kenaikan harga minyak dan gas sehingga laba melonjak tajam.

Namun, kata Pandu, memang ada konsekuensi dari aksi korporasi tersebut dimana nilai hutang juga ikut meningkat, hal tentu mendatangkan risiko yang lebih besar terutama pada masa seperti saat ini, dimana kurs dolar dalam tren menguat.

Pandu menilai, MEDC masih cukup menarik dengan target 12 bulan ke depan Rp 850. Sedangkan untuk emiten lain, ia menyarankan pelaku pasar untuk cenderung wait and see lebih dulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×