Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Perusahaan manajemen investasi tengah memanfaatkan momentum pasar yang masih dalam tren positif, khususnya pendapatan tetap.
PT Bahana TCW Investment Management, salah satu contohnya. Dalam waktu dekat, perusahaan manajemen investasi pelat merah ini siap merilis produk baru bertajuk Reksadana Bahana Pendapatan Tetap Reguler.
Kondisi pasar saat ini pun dinilai sangat mendukung prospek reksadana pendapatan tetap ke depan. Pasalnya, Beben Feri Wibowo, Senior Research Analyst Pasardana menjelaskan, momentum pasar yang masih dalam tren positif, dan kondisi fundamental ekonomi dalam negeri yang relatif stabil membuat produk pendapatan tetap menarik untuk jadi instrumen investasi di kalangan institusi.
Selain itu, stabilnya nilai tukar rupiah, inflasi yang terkendali, dan kebijakan pemerintah yang cenderung konservatif didukung oleh cadangan devisa yang meningkat, dinilai mampu menjaga kondisi fundamental ekonomi dari sisi nilai tukar rupiah. Apalagi, pemerintah, melalui peraturan OJK mewajibkan pemenuhan porsi Industri Keuangan Non Bank (IKNB) di Surat Berharga Negara (SBN) melalui produk reksadana berbasis SBN atau SUN.
Mengacu data Pasardana Fixed Income Fund Index, sepanjang paruh pertama tahun ini, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap berada di posisi 4,97%. "Hingga akhir tahun, prediksi rata-rata kinerja reksa dana pendapatan tetap kisaran 6,5% hingga 7,5%," ujar Beben.
Hanya saja, pelaku pasar tetap harus mewaspadai kenaikkan suku bunga The Fed yang akan terjadi satu kali lagi tahun ini. "Tantangan masih tetap datang dari global seperti contohnya kebijakan normalisasi suku bunga acuan The Fed ke-3 dan efek Trump,"imbuhnya.
Soni pun mengamini hal tersebut. Efek The Fed bakal menjadi perhatian para pelaku pasar. Tidak hanya kenaikkan tingkat suku bunga, rencana The Fed untuk mengurangi likuiditas akan memberi dampak pada kinerja reksadana pendapatan tetap ke depan. Selain itu, penguatan mata uang Euro yang berlebihan terhadap US Dollar dan inflasi domestik yang mulai naik juga harus diantisipasi.
Sementara itu, dari sisi pertumbuhan ekonomi dalam negeri, kata Beben, pemerintah bakal mengusahakan pertumbuhan bertahan di angka 5% meski sempat ada wacana penghematan anggaran untuk proyek non prioritas dengan tujuan menjaga defisit anggaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News