Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona yang masih terus menyebar menjadi tantangan terbesar bagi PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dalam meningkatkan kinerja keuangan. Analis memproyeksikan kinerja keuangan PTPP cenderung flat di tahun ini karena terhambatnya pengerjaan proyek dan perolehan kontrak baru.
Sepanjang tahun lalu, PTPP sudah mengalami penurunan kinerja. Tercatat pendapatan turun 1,83% menjadi Rp 24,6 triliun. Sementara, laba bersih juga turun 38,06% menjadi Rp 930,32 miliar.
Baca Juga: Emiten BUMN Ajukan Penundaan Pembayaran Utang
Perseroan mengatakan penurunan pendapatan disebabkan banyak kontrak yang baru didapatkan pada kuartal III-2019. Sehingga dampaknya belum maksimal ke kinerja keuangan untuk tahun buku 2019.
Selain itu, segmen pendapatan engineering, prcurement and contractor (EPC) menurun 27% menjadi Rp 2,9 triliun, dibandingkan tahun 2018 yang mencapai Rp 4,1 triliun.
Keterlambatan perolehan proyek baru juga menyebabkan laba bersih PTPP menurun.
Sepanjang 2019, PTPP hanya mampu memperoleh kontrak baru sebesar Rp 33 triliun dari target sebesar Rp 45 triliun.
Baca Juga: Gara-gara Covid-19, Sentul City (BKSL) hentikan sebagian kegiatan operasionalnya
Sampai dengan kuartal I-2020, PTPP baru membukukan kontrak baru sekitar Rp 5,5 triliiun. Jumlah tersebut berada di bawah target perseroan untuk tiga bulan pertama di tahun ini yang ditetapkan Rp 6,5 triliun.
Analis Sucor Sekuritas, Joey Faustian, memproyeksikan target perolehan kontrak baru yang konservatif untuk PTPP, yaitu di Rp 34 triliun di tahun ini.
"Sektor konstruksi secara keseluruhan memang kurang baik pertumbuhannya di masa pandemi," kata Joey, Selasa (26/5).
Keterlambatan pengerjaan proyek juga diproyeksikan masih terjadi di tahun ini. Joey mengamati proyek yang berasal dari sektor energi yang seharusnya bisa mendongkrak kinerja PTPP cukup banyak mengalami hambatan.
Alhasil, Joey menurunkan proyeksi pendapatan PTPP sebesar 27% di tahun ini.
Baca Juga: Laba bersih London Sumatra (LSIP) melesat 109%, padahal pendapatan turun 12%
Arief Budiman Analis Ciptadana Sekuritas Asia menambahkan PSBB akan memperlambat pembangunan infrastruktur.
"Proyek JV dan smelter bauksit nikel di Pulau Sulawesi akan terhambat dan menganggu pengakuan pertumbuhan pendapatan," kata Arief dalam riset.
Arief memangkas pertumbuhan pendapatan sebesar 8% di tahun ini menjadi Rp 24,1 triliun hingga Rp 27,3 triliun.
Sementara, meski Jasamarga tetap membayar 25%-30% dari proyek hand over di tahun ini, laba bersih PTPP masih akan cenderung flat di tahun ini.
Baca Juga: Terus alami peningkatan, penumpang kereta api luar biasa capai 800 orang
Meski pertumbuhan kinerja akan berlangsung secara lambat, Joey menilai kondisi keuangan PTPP cukup sehat bila dibanding dengan kompetitornya. Joey mencatat debt to equity PTPP berada di 1 kali, dibandingkan rata-rata debt to equity sektor konstruksi yang berada di 1,6 kali.
Dengan begitu, PTPP memiliki kesempatan lebih untuk menerima proyek dengan nilai kontrak besar dibanding dengan kompetitornya.
Selain itu, hingga akhir 2019 PTPP masih memiliki dana kas Rp 9 triliun. Joey menilai kas PTPP cukup banyak dan bisa menstabilkan cashflow perusahaan dari keterlambatan pembayaran proyek.
Joey juga menilai positif rencana PTPP mendivestasi beberapa proyek senilai total Rp 1,25 triliun. "Divestasi aset proyek yang potensial di tengah pandemi bisa menamah pendapatan dan dana bisa diputar untuk modal proyek yang lain," kata Joey.
Baca Juga: Menanti Dana Segar dari Bank Jangkar
Sebagai usaha menjaga likuidias, PTPP juga mengajukan restrukturisasi utang perseroan atau anak usaha dengan nilai total Rp 3,89 triliun.
Joey tetap merekomendasikan beli PTPP di harga Rp 1.500 per saham, meski pertumbuhan kinerja keuangan tidak akan banyak bertumbuh. Alasan PTPP masih menarik adalah valuasi saham yang murah di 3,9 kali. Selain itu, orderbook-to-revenue ratio PTPP masih tinggi di 2,9 kali.
Artinya, kinerja keuangan PTPP akan tetap flat hingga tiga tahun ke depan meski tidak menerima proyek. "Justru jika PTPP berhasil mendapatkan perolehan kontrak baru maka itu menjadi sentimen positif bagi pertumbuhan kinerja," kata Joey.
Arief juga merekomendasikan beli PTPP di Rp 1.030 per saham. Kompak, Isnaputra Iskandar Analis Maybank Kim Eng Securities merekomendasikan beli di Rp 950 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News