Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja obligasi pemerintah pergerakannya cukup stabil sepanjang tahun ini. Indobex Government Bond pada akhir tahun 2019 masih berada di level 269,22. Sementara pada akhir kuartal III-2020 sudah berada di level 290,29. Artinya masih membukukan return sebesar 7,83%
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menilai pergerakan harga obligasi pemerintah sejak awal tahun hingga akhir kuartal III-2020 masih cukup positif. Namun, Yudha menyebut ada perbedaan pola pergerakan harga obligasi pemerintah pada tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ia menyebut, jika sebelumnya rally pasar obligasi pemerintah terjadi akibat support dari investor asing, pada tahun ini justru investor domestik yang menyokong pasar obligasi Indonesia. Seperti diketahui, terjadi capital outflow besar-besaran pada pasar obligasi seiring terjadinya pandemi virus corona pada awal Maret silam.
“Jadi investor domestik justru berhasil membuat obligasi pemerintah bisa rally tahun ini. Hal ini tidak terlepas dari melimpahnya likuiditas perbankan yang dialihkan dari pemberian kredit ke obligasi pemerintah. Selain itu, pertumbuhan investor retail yang semakin membaik dan posisi Bank Indonesia (BI) yang menjadi standby buyer turut menjadi faktor pendorongnya,” jelas Yudha kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).
Baca Juga: Aset berisiko seperti emas dan obligasi menarik di saat perang melawan Covid 19
Dari segi seri obligasi pemerintah yang jadi incaran, Yudha menyebutkan, seri bertenor lima tahun menjadi primadona dalam sembilan bulan terakhir. Seri ini menjadi incaran karena memiliki volatilitas yang rendah sehingga tepat untuk kondisi saat ini.
Selain itu, spread yang ditawarkan juga cukup besar dan menarik jika dibandingkan dengan instrumen pasar uang. Yudha mengatakan, investor perbankan merupakan investor yang paling dominan pada seri ini.
Lebih lanjut, kata Yudha, dalam lima tahun terakhir, jumlah investor asing porsinya sekitar 38%, sementara pada tahun ini, porsinya menyusut menjadi 28%. Oleh karena itu, Yudha menilai, obligasi pemerintah punya prospek yang masih sangat menarik ke depan. Pasalnya, ketika investor asing mulai masuk, sementara investor domestik semakin berkembang, maka pasar obligasi pun akan semakin baik kondisinya.
Baca Juga: Masuk kuartal IV-2020, bagaimana sebaiknya mengatur portofolio investasi?
Kembalinya investor asing ke pasar obligasi Indonesia masih punya peluang yang besar. Hal ini lantaran kebijakan tren penurunan suku bunga rendah masih akan tetap berlangsung setidaknya hingga 2022. Oleh sebab itu, ketika kondisi ekonomi mulai pulih dan stabil, investor akan kembali memburu obligasi dengan yield menarik, termasuk obligasi pemerintah Indonesia.
“Memang ada kemungkinan saat kondisi mulai normal, investor perbankan akan kembali memberikan kredit, tapi jika melihat kondisi belakangan ini, kemungkinan akan ada tambahan investor baru maupun investor retail yang bisa menahan yield, bahkan menurunkan yield,” tambah Yudha.
Di sisi lain, kekhawatiran pelaku pasar akan kebijakan burden sharing juga sudah mulai mereda. Ia pun menilai, sejatinya kebijakan ini merupakan keputusan yang tepat untuk situasi saat ini. Namun, ia menggarisbawahi bahwa kebijakan ini sebaiknya bersifat sesaat dan tidak terus-menerus.
“Selama kebijakan ini hanya berlaku sampai akhir 2020 atau awal 2021, tidak akan memberi dampak buruk karena sebagai bentuk support untuk fiskal kita akibat Covid-19. Namun jika terus berlanjut, tentu akan buruk bagi market dan membuat terjadinya dead monetization,” kata Yudha.
Dengan berbagai pertimbangan di atas, Yudha menilai, obligasi pemerintah saat ini menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik. Selain tidak ada default risk, obligasi pemerintah juga relatif stabil dibanding obligasi korporasi dan saham yang tergantung kondisi perekonomian. Dari sisi yield pun juga lebih menarik ketimbang deposito.
Selanjutnya: Simak strategi alokasi investasi pada kuartal IV 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News