Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
Kembalinya investor asing ke pasar obligasi Indonesia masih punya peluang yang besar. Hal ini lantaran kebijakan tren penurunan suku bunga rendah masih akan tetap berlangsung setidaknya hingga 2022. Oleh sebab itu, ketika kondisi ekonomi mulai pulih dan stabil, investor akan kembali memburu obligasi dengan yield menarik, termasuk obligasi pemerintah Indonesia.
“Memang ada kemungkinan saat kondisi mulai normal, investor perbankan akan kembali memberikan kredit, tapi jika melihat kondisi belakangan ini, kemungkinan akan ada tambahan investor baru maupun investor retail yang bisa menahan yield, bahkan menurunkan yield,” tambah Yudha.
Di sisi lain, kekhawatiran pelaku pasar akan kebijakan burden sharing juga sudah mulai mereda. Ia pun menilai, sejatinya kebijakan ini merupakan keputusan yang tepat untuk situasi saat ini. Namun, ia menggarisbawahi bahwa kebijakan ini sebaiknya bersifat sesaat dan tidak terus-menerus.
“Selama kebijakan ini hanya berlaku sampai akhir 2020 atau awal 2021, tidak akan memberi dampak buruk karena sebagai bentuk support untuk fiskal kita akibat Covid-19. Namun jika terus berlanjut, tentu akan buruk bagi market dan membuat terjadinya dead monetization,” kata Yudha.
Dengan berbagai pertimbangan di atas, Yudha menilai, obligasi pemerintah saat ini menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik. Selain tidak ada default risk, obligasi pemerintah juga relatif stabil dibanding obligasi korporasi dan saham yang tergantung kondisi perekonomian. Dari sisi yield pun juga lebih menarik ketimbang deposito.
Selanjutnya: Simak strategi alokasi investasi pada kuartal IV 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News