Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal IV hingga akhir tahun 2020 volatilitas pasar keuangan masih akan tinggi.
Pelaku pasar masih akan mempertimbangkan dampak dari faktor resesi akibat pandemi yang semakin terasa, hasil pemilu Amerika Serikat (AS), perkembangan pengadaan vaksin Covid-19 dan kasus Covid-19 didalam negeri yang masih memuncak.
Lantas, bagaimana strategi investasi jelang akhir tahun ini?
Susanto Chandra, Chief Investment Officer Kisi Asset Management mengatakan investor jangka pendek dapat memanfaatkan investasi di reksadana pasar uang.
Baca Juga: Optimistis tumbuh, Martina Berto dorong penjualan lewat kanal digital
Namun, untuk investor dengan profil risiko tinggi maka mereka bisa memanfaatkan reksadana saham yang dikelola aktif dan fokus pada saham second liner. Sementara, investor dengan profil risiko yang lebih rendah, maka bisa berinvestasi di reksadana indeks yang dikelola secara pasif.
Sedangkan, Susanto melihat pasar obligasi tentunya menarik di tahun ini. Menurut Susanto, jika nilai tukar rupiah cenderung stabil, maka investor bisa menempatkan investasi pada reksadana pendapatan tetap guna memanfaatkan apresiasi harga obligasi.
Namun, apabila investor cenderung bisa bertahan investasi hingga jatuh tempo maka bisa memilih instrumen investasi dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) ritel.
Di satu sisi, Susanto juga melihat di kuartal terakhir tahun ini, harga emas masih berpeluang untuk menguat. "Volatilitas jelang pemilu AS membuat emas yang dijadikan aset safe haven cenderung mengalami apresiasi," kata Susanto, Jumat (2/10).
Baca Juga: Ini alasan harga obat Covifor yang dipasarkan Kalbe turun jadi Rp 1,5 juta per vial
Kesimpulannya, investor agresif bisa menempatkan 20%-40% dana investasi di pasar uang. Sementara, 60%-80% ditempatkan pada aset saham. "Alokasi saham dapat ditingkatkan ketika volatilitas membuat harga saham turun," kata Susanto.
Sementara, untuk investor konservatif dapat berinvestasi 30% pada emas, 30% di reksadana pendapatan tetap atau SBN, 30% pada pasar uang dan 10% pada aset saham.
Agustina Fitria, Financial Planner OneShildt menambahkan yang terpenting bagi investor saat ini adalah mengkalkulasi kembali kegiatan investasi dan disesuaikan dengan jangka waktu kapan dana investasi tersebut akan dicairkan.
"Pilihan investasi dicocokan dengan tujuan keuangan dan profil risko," kata Agustina.