Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Ryan mencontohkan, net gearing SMRA menjadi lebih tinggi pasca penerbitan obligasi. Net gearing SMRA naik menjadi 43% di kuartal I-2024 dibandingkan 28 dan 40% masing-masing di kuartal I-2023 dan kuartal IV-2023.
Secara total, utang SMRA tumbuh 30% YoY dan 8% QoQ menjadi Rp 7,8 triliun, pasca penerbitan obligasi sebesar Rp 900 miliar tahun lalu guna membiayai akuisisi cadangan lahan untuk proyek kota mandiri di Tangerang, yang akan mulai dijual pada kuartal IV-2024. Sementara tingkat kasnya meningkat menjadi Rp 3,4 triliun pada kuartal pertama tahun ini.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, masih optimistis kinerja positif SMRA akan berlanjut seiring prospek meningkatnya pendapatan dari penjualan properti. Hal itu karena kondisi industri properti yang mendukung seperti adanya penerapan insentif PPN DTP berlaku sampai akhir 2024.
Di samping itu, kondisi makroekonomi diharapkan semakin membaik seiring potensi pemangkasan suku bunga acuan di tahun ini. Pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral akan menjadi katalis meningkatnya arus masuk (inflow) ke sektor properti.
Nafan menjelaskan, turunnya bunga acuan akan berimplikasi positif terhadap penurunan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ataupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). Jadi memang masih ada harapan positif di sektor properti
“Insentif PPN DTP masih akan merangsang minat investor membeli properti,” kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/6).
Adapun Nafan menyarankan accumulative buy untuk SMRA dengan target harga sebesar Rp 600 per saham. Ryan juga merekomendasikan buy untuk SMRA, namun dengan target harga lebih tinggi Rp 625 per saham.
Sementara itu, Vicky merekomendasikan buy on weakness untuk SMRA dengan target harga Rp 545 per saham. Dari sisi fundamental SMRA memiliki valuasi yang tergolong undervalued, dan dari sisi teknikal harganya masih berpotensi akan turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News