Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bisi International Tbk (BISI) akan membagikan dividen tunai atas laba bersih tahun buku 2024 sebesar Rp 84 miliar kepada pemegang sahamnya. Jika jumlahnya dibandingkan, pembagian dividen tahun ini menurun 65% dari Rp 240 miliar tahun lalu.
Senior Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menjelaskan penurunan dividen BISI sejalan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan.
“Penurunan dividen pada tahun buku 2024 karena memang kinerja BISI di 2024 tercatat mengalami penurunan dari sisi bottom line meskipun di top line berhasil tumbuh,” terang Sukarno pada Kontan, (2/6).
Ia menambahkan, pelemahan laba bersih yang berlanjut pada kuartal I 2025 bisa menjadi sinyal tren negatif, meski secara pendapatan perusahaan masih menunjukkan pertumbuhan. Tekanan terutama datang dari pos penghasilan operasi lain dan penghasilan keuangan yang menurun.
Baca Juga: Dividen Bisi International (BISI) Turun, Cermati Rekomendasi Analis
Dari sisi valuasi, Sukarno melihat penurunan harga saham belakangan ini membuat valuasi BISI mulai lebih menarik. Saham saat ini diperdagangkan dengan price to book value (PBV) di bawah 1 kali. Namun, price to earnings ratio (PER) BISI tercatat cukup tinggi di level 24,5 kali, di atas rata-rata sektor, yang bisa menjadi pertimbangan bagi investor.
“Faktor utama yang menjadi katalis negatif bagi BISI adalah penurunan penjualan sebesar 40,47% pada tahun 2024 menjadi Rp 1,36 triliun yang berdampak langsung pada laba bersih perusahaan,” tambahnya.
Dibandingkan dengan emiten agribisnis lain, valuasi BISI menunjukkan kondisi campuran: PBV lebih rendah dari rata-rata industri, tetapi PER masih tergolong tinggi karena penurunan laba.
Selain itu, penurunan imbal hasil dividen juga bisa memengaruhi sentimen investor yang mengandalkan pendapatan pasif, terutama karena imbal hasil dividen BISI saat ini berada di bawah median industri.
Sukarno memberikan rekomendasi wait and see, mengingat tekanan pada kinerja keuangan perusahaan. Namun secara teknikal, ia menilai saham BISI bisa kembali menguat jika mampu bertahan di atas support Rp 930, dengan target resistance terdekat di Rp 1.000.
Ia juga menyoroti faktor eksternal yang bisa menjadi potensi dukungan bagi kinerja BISI ke depan, khususnya harga komoditas jagung global.
“Jika harga jagung naik, petani cenderung lebih termotivasi menanam, yang bisa berdampak positif pada permintaan benih. Hal ini dinilai dapat menjadi momentum kenaikan volume penjualan BISI menjelang musim tanam mendatang,” kata Sukarno.
Baca Juga: Laba Bisi International (BISI) Turun Lagi di Kuartal I 2025, Cek Rekomendasi Sahamnya
Selanjutnya: Intip Prospek Emiten Telekomunikasi di Tengah Pelemahan Daya Beli dan ARPU
Menarik Dibaca: Hujan di Tangerang, Simak Prakiraan Cuaca Besok (3/6) di Banten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News