kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.160   40,00   0,25%
  • IDX 7.057   73,30   1,05%
  • KOMPAS100 1.054   14,06   1,35%
  • LQ45 829   12,02   1,47%
  • ISSI 214   1,30   0,61%
  • IDX30 423   6,54   1,57%
  • IDXHIDIV20 509   7,28   1,45%
  • IDX80 120   1,60   1,35%
  • IDXV30 125   0,51   0,41%
  • IDXQ30 141   1,89   1,36%

Kinerja IDX Growth30 Kurang Moncer Dibanding Dua Indeks Lain, Begini Saran Analis


Jumat, 04 November 2022 / 07:45 WIB
Kinerja IDX Growth30 Kurang Moncer Dibanding Dua Indeks Lain, Begini Saran Analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IDX Growth30 (IDXG30) menjadi indeks dengan imbal hasil terendah dibanding IDX Value30 (IDXV30) dan IDX Quality30 (IDXQ30). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), dari awal tahun alias secara year to date (YtD) sampai dengan Kamis (3/11), IDXG30 mencatatkan return 13,58%, sedangkan IDXV30 mencapai 22,83% dan IDXQ30 14,74%.

Sebagai informasi, IDXG30 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki tren harga relatif terhadap pertumbuhan laba bersih dan pendapatan dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Sementara itu, IDXV30 mengukur kinerja saham yang memiliki valuasi harga rendah dan IDXQ30 yang memiliki profitabilitas tinggi, solvabilitas baik, dan pertumbuhan laba stabil.

Meskipun mencatatkan return yang lebih rendah, para analis masih melihat prospek yang bagus pada saham-saham yang menjadi konstituen IDXG30.

Head of Research FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, saham-saham yang masih sangat berpeluang naik adalah saham-saham dari sektor pertambangan batubara dan perbankan.

Baca Juga: Kinerja Emiten Properti Mendaki, Saham Pilihan Berikut ini Bisa Dicermati

Sebut saja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Secara ytd sampai dengan Kamis (3/11), ADRO tercatat meningkat 66,67%, DOID 50%, HRUM minus 23,49%, BBCA 20,55%, BBNI 37,78%, dan BBRI 13,14%.

Wisnu menyukai saham-saham tersebut lantaran mampu menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang konsisten sepanjang 2022. Kenaikan bottom line produsen batubara didorong oleh tingginya harga batubara berkat peningkatan permintaan dari Eropa sejalan dengan adanya krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina. 

Sementara itu, kenaikan saham-saham perbankan didorong oleh penyaluran kredit yang tumbuh 11% secara tahunan hingga September 2022. 

"Hal ini mengindikasikan geliat ekonomi domestik yang solid seiring dengan kasus Covid-19 yang terkendali," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (3/11). 

Untuk ke depannya, Wisnu melihat prospek saham-saham tersebut masih menarik. Pasalnya, permintaan batubara masih akan tinggi seiring dengan Eropa yang memasuki musim dingin sehingga kebutuhan energi akan tetap tinggi. Begitu juga dengan saham perbankan yang akan tetap positif seiring dengan kredit perbankan 2023 yang diprediksi tumbuh 10%-12% oleh Bank Indonesia.

Menurut Wisnu, saham-saham perbankan yang disebutkan di atas dapat dikoleksi ketika terjadi penurunan harga, sedangkan pembelian saham-saham batubara perlu dikombinasikan dengan teknikal untuk pembeliannya. Wisnu memperkirakan, harga BBCA dapat mencapai Rp 9.000 per saham, BBNI Rp 10.000, dan BBRI Rp 5.000 per saham.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menambahkan, meski secara keseluruhan IDXG30 memperlihatkan retun yang lebih rendah dari dua indeks lainnya, mayoritas emiten yang termasuk dalam indeks ini masih mencatatkan kinerja yang cukup baik. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Ciputra (CTRA) yang Punya Kinerja Moncer per Kuartal III-2022

"Bahkan, kinerja beberapa diantaranya berada di atas konsensus, terutama sektor perbankan dan mining related," ucap Yaki.

Ke depannya, ia menilai sektor keuangan dan komoditas energi masih menarik untuk diperhatikan, terutama untuk trading jangka pendek sampai dengan akhir tahun. Hal ini sejalan dengan sentimen positif yang masih menghiasi sektor tersebut. 

Di sisi lain, saham yang kurang menarik dilirik adalah saham-saham teknologi. Pasalnya, di era suku bunga tinggi, sektor teknologi akan mendapat dua tekanan, yakni dari pelemahan kurs rupiah dan kenaikan suku bunga yang berpotensi menjadi beban tambahan baru.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×