Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen diproyeksikan bisa tertekan pelemahan daya beli masyarakat di tahun 2025 ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, deflasi pada Januari 2025 mencapai 0,76% month to month (mtm), sementara pada Februari mencapai 0,48% mtm.
Director of Commercial & Logistic PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) alias Semen Merah Putih, Surindro Kalbu Adi mengaku, tak terlalu mengkhawatirkan terkait deflasi di dua bulan pertama tahun 2025.
Sebab kondisi pasar masih beradaptasi dengan pergantian pemerintah baru. Alhasil, pergerakannya masih belum agresif di kuartal I 2025.
Baca Juga: Kinerja SIDO Terdampak Pelemahan Daya Beli, Cek Rekomendasi Analis
“Namun, industri infrastruktur itu selalu akan mengikuti spending pemerintah. Meskipun ada efisiensi, tetapi kita tunggu dan lihat nanti ke depan,” ujarnya saat ditemui Kontan, Rabu (12/3).
Pada tahun 2025, CMNT menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 100 miliar. “Proyek customer saat ini belum banyak dari pemerintah, karena budget pemerintah belum turun,” tuturnya.
Surindro tak memungkiri kinerja industri semen memang penuh tantangan di tahun 2025. Di antaranya berasal dari lemahnya daya beli, penurunan anggaran infrastruktur pemerintah, dan oversupply.
Oleh karena itu, CMNT ke depan akan fokus mengembangkan inovasi hijau dan produk-produk turunan di hilir produksi, serta melakukan ekspor. Saat ini, negara tujuan ekspor CMNT adalah Madagaskar, Sri Lanka, Bangladesh, Australia, Mauritius, Afrika Selatan, dan Uganda.
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) Bidik Pertumbuhan Dobel Digit di 2025, Cek Rekomendasi Analis
“Ini menyikapi kalau seandainya nanti di pasar domestik marketnya lagi tidak baik. Itu sebabnya pabrik Merah Putih itu selalu full capacity,” ungkapnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kinerja fundamental emiten semen saat ini tengah berat, khususnya dari laba bersih. Hal itu disebabkan oleh terjadinya oversupply dan permintaan yang stagnan.
“Apalagi terjadi deflasi secara tahunan. Daya beli masyarakat melemah juga ditopang kelas atas, bukan oleh kelas menengah seperti saat covid-19,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/3).
Secara teknikal, kinerja saham juga dalam fase penurunan. Misalnya, saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) sahamnya sudah turun 29,18% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) turun 35,14% YTD. Sementara, saham CMNT naik 0,57% YTD.
Di tahun 2025, tantangan untuk emiten semen sangat tinggi. Tak hanya dari oversupply, sentimen negatif juga datang dari tingginya suku bunga acuan. Hal itu membuat bunga KPR masih tinggi, sehingga permintaan pembuatan hunian masih tersendat. Padahal, semen kantong saat ini mendominasi permintaan pasar.
“Kalau suku bunga turun, permintaan untuk semen juga akan meningkat,” tuturnya.
Baca Juga: UNVR Kantongi Laba Rp 3 Triliun di Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Analis
Alhasil, Nafan masih merekomendasikan wait and see untuk emiten semen.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, tekanan daya beli masyarakat dan deflasi pada bulan Februari 2025 berpotensi akan semakin menekan permintaan semen kantong, yang merupakan segmen utama bagi industri semen.
Kondisi itu juga ditambah dengan oversupply yang masih berlangsung, sehingga membuat persaingan di sektor ini semakin ketat.
“Emiten seperti SMGR dan INTP masih menghadapi tantangan besar dalam menjaga margin keuntungan di tengah harga jual rata-rata (average selling price/ASP) yang tertekan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/3).
Ke depannya, sektor semen masih menghadapi tantangan dari ketidakpastian proyek infrastruktur, terutama dengan adanya pemangkasan anggaran pembangunan di 2025.
Baca Juga: Sektor Properti Tersengat Sentimen Positif Penurunan BI Rate, Cek Rekomendasi Analis
“Proyek IKN juga masih belum terlihat keberlanjutan pembangunannya,” paparnya.
Miftahul pun masih mempertahankan rating wait and see terlebih dahulu sembari melihat prospek industrinya ke depan.
Selanjutnya: Vale Indonesia (INCO) Target Selesaikan 3 Pabrik Nikel HPAL Periode 2025-2026
Menarik Dibaca: 4 Buah Terbaik untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Baik buat Jantung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News