kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.742.000   28.000   1,63%
  • USD/IDR 16.354   42,00   0,26%
  • IDX 6.525   -122,41   -1,84%
  • KOMPAS100 929   -12,72   -1,35%
  • LQ45 729   -9,28   -1,26%
  • ISSI 204   -5,00   -2,39%
  • IDX30 380   -4,38   -1,14%
  • IDXHIDIV20 455   -5,85   -1,27%
  • IDX80 106   -1,42   -1,33%
  • IDXV30 108   -1,62   -1,47%
  • IDXQ30 125   -1,34   -1,07%

Kinerja Emiten Semen Ikut Tertekan Penurunan Daya Beli, Cek Rekomendasi Analis


Kamis, 13 Maret 2025 / 19:45 WIB
Kinerja Emiten Semen Ikut Tertekan Penurunan Daya Beli, Cek Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat semen merek Indocement produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (5/8/2024). Kinerja emiten semen diproyeksikan bisa tertekan pelemahan daya beli masyarakat pada tahun 2025 ini. Cermati seperti apa rekomendasi analis.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

Saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) turun 35,14% YTD. Sementara, saham CMNT naik 0,57% YTD.

Di tahun 2025, tantangan untuk emiten semen sangat tinggi. Tak hanya dari oversupply, sentimen negatif juga datang dari tingginya suku bunga acuan. Hal itu membuat bunga KPR masih tinggi, sehingga permintaan pembuatan hunian masih tersendat. Padahal, semen kantong saat ini mendominasi permintaan pasar. 

“Kalau suku bunga turun, permintaan untuk semen juga akan meningkat,” tuturnya.

Baca Juga: UNVR Kantongi Laba Rp 3 Triliun di Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Analis

Alhasil, Nafan masih merekomendasikan wait and see untuk emiten semen.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, tekanan daya beli masyarakat dan deflasi pada bulan Februari 2025 berpotensi akan semakin menekan permintaan semen kantong, yang merupakan segmen utama bagi industri semen.

Kondisi itu juga ditambah dengan oversupply yang masih berlangsung, sehingga membuat persaingan di sektor ini semakin ketat. 

“Emiten seperti SMGR dan INTP masih menghadapi tantangan besar dalam menjaga margin keuntungan di tengah harga jual rata-rata (average selling price/ASP) yang tertekan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/3).

Ke depannya, sektor semen masih menghadapi tantangan dari ketidakpastian proyek infrastruktur, terutama dengan adanya pemangkasan anggaran pembangunan di 2025. 

Baca Juga: Sektor Properti Tersengat Sentimen Positif Penurunan BI Rate, Cek Rekomendasi Analis

“Proyek IKN juga masih belum terlihat keberlanjutan pembangunannya,” paparnya.

Miftahul pun masih mempertahankan rating wait and see terlebih dahulu sembari melihat prospek industrinya ke depan.

Selanjutnya: Vale Indonesia (INCO) Target Selesaikan 3 Pabrik Nikel HPAL Periode 2025-2026

Menarik Dibaca: 4 Buah Terbaik untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Baik buat Jantung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×