Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor properti pada kuartal I 2023 dinilai masih bergejolak sejak awal tahun 2023. Hal itu diprediksi masih akan terus berlanjut di sepanjang tahun ini.
Tren KPR saat ini masih menjadi pilihan pembiayaan untuk pembelian properti residensial. Menurut survei terbaru Bank Indonesia (BI), KPR mendominasi cara pembayaran rumah tapak, bahkan mendominasi sampai 74,8%. Lalu, diikuti oleh cicilan tunai sebesar 17,9% dan tunai 7,3%.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Yasmin Soulisa mengatakan, pembayaran dengan hipotek juga masih populer di kuartal-I 2023, karena tingkat hipotek tahunan turun menjadi 7,74% dibandingkan dengan 7,98% di kuartal sebelumnya.
“Total nilai kredit perumahan dan apartemen yang disalurkan oleh industri perbankan terus meningkat di kuartal I 2023, meningkat sebesar 7,2% YoY, meskipun sedikit menurun dari 7,7% YoY di kuartal IV 2022,” ujarnya dalam riset Ciptadana Sekuritas Asia tertanggal 13 Juni 2023.
Baca Juga: Batas Harga Rumah Naik, Begini Prospek Emiten Properti
Namun secara triwulanan, pertumbuhan kredit perumahan dan apartemen melambat menjadi 1,7% QoQ dari 2,8% QoQ pada triwulan sebelumnya.
“Sementara dari sisi penawaran, sebagian besar pengembang properti masih mengandalkan pembiayaan non bank berupa dana internal untuk pengembangan properti residensial yang mendominasi 73,3% dari total modal di kuartal I 2023,” paparnya.
Tren tersebut terjadi di saat pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 60/PMK.010/2023.
Sebagai informasi, PMK Nomor 60/PMK.010/2023 diterbitkan sebagai bentuk perhatian khusus terhadap pemenuhan kebutuhan hunian layak huni dan terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Yasmin mengatakan, permintaan untuk properti residensial tetap lemah di kuartal I 2023, terutama penjualan untuk segmen menengah ke bawah yang menawarkan harga unit yang terjangkau.
“Pembelian rumah masih didominasi oleh end user terutama untuk rumah tapak,” paparnya.
Sementara itu, investor individu yang membidik capital gain menarik dan pendapatan berulang, tetap mengambil pendekatan wait and see, menunggu situasi membaik.
Baca Juga: Ini Alasan Adhi Commuter Properti (ADCP) Rombak Jajaran Pengurus
Dari sisi pasokan, persaingan tidak meningkat secara signifikan. Hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya peluncuran proyek baru di kuartal pertama.
“Kurangnya peluncuran baru di kuartal I 2023 menunjukkan bahwa pasar properti masih tetap stagnan saat ini,” ujarnya.
Yasmin menuturkan, beberapa pengembang menunda peluncuran proyek baru. Sebab, mereka lebih memilih untuk fokus membersihkan stok yang tidak terjual.
“Alhasil, pada kuartal I 2023, harga rumah tetap datar dengan para pengembang lebih fokus pada peningkatan penjualan dengan menawarkan diskon dan promosi yang menarik daripada menaikkan harga,” tuturnya.
Menyusul hal tersebut, banyak pengembang properti melaporkan marketing sales yang lamban di kuartal I 2023. Marketing sales bahkan turun dua digit secara tahunan, terutama karena penjualan perumahan yang lebih lemah.
Sebagai catatan positif, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) masih berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target tahun 2023. Mereka mencatat sedikit peningkatan marketing sales sebesar 0,3% YoY, yaitu Rp1,21 triliun pada akhir Maret 2023.
“Marketing sales LPKR masih didominasi oleh penjualan rumah tapak di kuartal I 2023,” paparnya.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga berada di jalur yang tepat, meskipun turun 13,2% YoY. Marketing sales BSDE di kuartal I 2023 tercatat sebesar Rp2,15 triliun.
Baca Juga: Mega Manunggal Property (MMLP) Siapkan Dana Hingga Rp 30 M untuk Bangun Gudang Baru
“Raihan itu menyumbang 24,4% dari target tahun 2023, dengan kontribusi 69% dari segmen residensial,” tuturnya.
Di sisi lain, ada beberapa emiten pengembang yang tertinggal. Misalnya, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menghasilkan pra penjualan turun 21,6% YoY menjadi Rp 298 miliar.
“Penjualan PWON di kuartal I 2023 dihasilkan dari proyek perumahan dan kondominium Surabaya di Jakarta,” ungkapnya.
Lalu, ada PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang masing-masing melaporkan penurunan marketing sales sebesar 54,4%% YoY dan 48,8% YoY di kuartal I 2023.
Baca Juga: Pendapatan Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) Melesat 695% di Kuartal I-2023
“SMRA membukukan marketing sales sebesar Rp655 miliar dan ASRI sebesar Rp294 miliar di kuartal I 2023,” ujarnya.
Meskipun masih bergerak lamban, namun Yasmin meyakini ekonomi Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan pulih dengan cepat dengan pemerintah mencabut pembatasan Covid-19 dan bisnis kembali beroperasi normal.
Yasmin pun mempertahankan Overweight pada sektor properti. Sebba, penjualan residensial dan segmen persewaan diprediksi akan meningkat pesat di sepanjang tahun 2023. Sementara, ruang komersial dan kawasan industri akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.
Yasmin merekomendasikan Hold untuk BSDE dengan target harga Rp 1.230 per saham, Buy untuk LPKR dengan target harga Rp 140 per saham, Buy untuk PWON dengan target harga Rp 610 per saham, dan Buy untuk SMRA dengan target harga Rp 990 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News