Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
"Sulit untuk berharap pertumbuhan pesat dari industri rokok," ujarnya.
Sementara Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat, potensi ekspor rokok Indonesiai masih terbilang besar.
Hal itu menurutnya didorong oleh permintaan global yang cukup tinggi, produktivitas yang masif, variasi produk, serta harga yang kompetitif dibandingkan rokok yang beredar di luar negeri.
Baca Juga: Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5% di Kuartal I-2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebabnya
"Namun kami kira industri rokok juga memiliki beberapa tantangan untuk melakukan penetrasi ke pasar ekspor," ucap Miftahul.
Miftahul menyebutkan sejumlah tantangan masih membayang-bayangi emiten rokok untuk merambah pasar ekspor.
Di antaranya tingkat persaingan dengan produsen rokok lokal yang telah eksis lebih dulu, regulasi yang ketat, serta isu kesehatan kami kira masih menjadi tantangan bagi perluasan pasar rokok di luar negeri.
"Saat ini HMSP menjadi salah satu produsen rokok dalam negeri dengan tingkat penetrasi pasar eksport tertinggi yakni telah mencapai sekitar 20%, dengan total telah menjangkau lebih dari 130 negara di dunia," ungkapnya.
Baca Juga: Emiten Batubara Masih Hadapi Sejumlah Tantangan Tahun Ini, Simak Rekomendasi Sahamnya
Secara prospek Miftahul melihat emiten rokok masih dipengaruhi sentimen negatif terkait kenaikan cukai rokok. Adanya kenaikan cukai ini juga akan membuat kenaikan harga penjualan sehingga akan adanya peralihan ke rokok yang lebih murah dari sisi konsumen.
"Hal ini berdampak masih adanya tekanan dari sisi kinerja top line," ujarnya.
Dengan begitu Miftahul merekomendasikan untuk wait and see terlebih dahulu untuk emiten-emiten rokok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News