Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas mengatakan telah mengidentifikasi beberapa perkembangan positif di sektor konstruksi, terutama mengenai kepastian pengembangan proyek menjelang tahun politik 2023-2024.
"Pencapaian kontrak baru yang lebih tinggi pada tahun 2022, serta dukungan pemerintah yang berkelanjutan untuk kapasitas kontraktor BUMN secara keseluruhan," jelasnya.
Rencana progresif pembangunan ibu kota dan potensi anggaran infrastruktur yang lebih tinggi tahun depan, Naufal yakini, merupakan katalis yang kuat untuk sektor konstruksi.
Baca Juga: Emiten Pelat Merah Haus Dana Segar
Baru-baru ini, pemerintah merilis rencana awal pembangunan ibu kota pada 2022-2025. Pemerintah memulai proses tender pada Juli, dan dapat dipastikan bahwa beberapa kontraktor BUMN sedang mempersiapkan proses ini.
Naufan menjelaskan pemerintah akan mengalokasikan sekitar Rp 368 triliun hingga Rp 418 triliun untuk anggaran infrastruktur tahun depan. Anggaran tersebut naik 14% dari anggaran 2022.
Sekitar 7% dari angka ini mencakup anggaran untuk pembangunan ibu kota negara, yakni sebesar Rp 27 triliun sampai Rp 30 triliun.
"Anggaran keseluruhan untuk pembangunan akan mencapai Rp 466 triliun sampai tahun 2045, meliputi lahan seluas 256.000 ha," jelasnya.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Raih Kontrak Baru Rp 19 Triliun Hingga September 2022
Naufal mengatakan rencana terakhir menyebutkan 19%-20% anggaran pemerintah akan digunakan untuk pembiayaan, terutama untuk infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan fasilitas konektivitas. Selain itu, fasilitas umum pendidikan dan kesehatan juga akan dibangun.
Pemerintah kini tengah menyiapkan kebijakan investasi untuk memberikan insentif bagi investor dalam pembangunan ibu kota baru. Peraturan lain yang akan datang akan mencakup cara lain pembiayaan pembangunan ibu kota seperti skema pembiayaan kreatif dan pajak khusus untuk IKN. Pemerintah menargetkan aturan baru itu bisa terbit tahun ini.
Naufan mempertahankan rating overweight terhadap sektor konstruksi dengan menimbang empat faktor pendukung.
Di antaranya kepastian yang lebih tinggi atas pengembangan proyek, pertumbuhan kontrak baru yang tinggi di luar proyek-proyek di IKN, dukungan pemerintah dalam peningkatan likuiditas dan profitabilitas proyek, serta saham emiten konstruksi memiliki valuasi yang tidak mahal alias murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News