Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten kawasan industri diproyeksikan bakal tersengat positif dari realisasi investasi nasional per kuartal III 2025.
Asal tahu saja, realisasi investasi nasional hingga kuartal III 2025 telah mencapai Rp 1.400 triliun. Capaian ini sudah setara 73,68% dari target investasi tahun ini sebesar Rp 1.900 triliun.
Sepanjang kuartal III saja, realisasi investasi nasional sebesar Rp 491,4 triliun, tumbuh 13,9% secara tahunan alias year on year (YoY).
Investasi dari penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 212 triliun. Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat Rp 279,4 triliun.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty mengatakan, realisasi investasi di periode ini merupakan sentimen positif bagi emiten properti kawasan industri.
Baca Juga: Kinerja Emiten Batubara Terancam Pungutan Ekspor, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Sebab, realisasi itu berarti ada peningkatan investasi yang tentu akan mendorong permintaan lahan, gudang, dan utilitas.
“Efeknya terasa paling langsung pada perusahaan yang punya lahan siap pakai dan infrastruktur matang,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (22/10).
Untuk kuartal III 2025, Arinda memperkirakan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) dan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) paling berpeluang mencatat kenaikan penjualan lahan. Sebab, fokus dan kapabilitas mereka di kawasan industri cukup matang.
“Sedangkan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) juga mendapat manfaat, tapi dampaknya lebih terbatas dan tergantung eksekusi unit industri spesifiknya,” ungkapnya.
Baca Juga: Emiten Konstruksi Bersikap Konservatif, Cermati Saham Rekomendasi Analis
Head Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata melihat, realisasi investasi nasional itu berdampak positif untuk kawasan industri, terutama dari proyek hilirisasi dan PMDN, meski PMA turun 8,9% YoY per kuartal III.
“Dampaknya lebih terasa pada pipeline negosiasi kuartal III 2025 yang baru akan dikonversi menjadi penjualan lahan di kuartal IV 2025 hingga kuartal I 2026,” katanya kepada Kontan, Rabu.
Prospek dan Rekomendasi
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah melihat, KIJA memiliki prospek dari sisi penjualan lahan di daerah Batang, Jawa Tengah. Sedangkan SSIA memiliki potensi dari narasi dari pemegang saham Djarum & Prajogo Pangestu.
“Katalis untuk lahan industri akan lebih terlihat dari perubahan regulasi atau insentif dari pemerintah,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (22/10).
Arinda melihat, kinerja emiten properti kawasan industri di sisa tahun 2025 dan 2026 relatif positif, namun berbeda arah.
Misalnya, kinerja DMAS cenderung defensif dan stabil dengan arus kas kuat dan margin tinggi. Emiten Grup Sinarmas ini dinilai bisa dilihat sebagai jawara dalam jangka pendek-menengah jika investasi berlanjut.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Emiten Kawasan Industri Bervariasi
Lalu, KIJA berpeluang jadi juara pertumbuhan kinerja di tahun depan. Pendorongnya ada di portofolio KIJA yang mempunyai lahan besar, layanan terintegrasi. Bila momentum peningkatan PMA dan PMDN terus terjadi, maka KIJA bisa menunjukkan pertumbuhan laba signifikan pada tahun 2026.
“Sedangkan, SSIA lebih mixed. Artinya, potensi upside ada jika manajemen berhasil mengeksekusi turnaround, tetapi tanpa katalis jelas performanya bisa ketinggalan peers-nya,” tuturnya.
Melansir RTI, saham SSIA naik 31,97% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Sebaliknya, saham DMAS turun 8,72% YTD dan KIJa turun 3,76% YTD.
Menurut Arinda, dari sisi valuasi, saham DMAS dan KIJA tampak lebih menarik daripada SSIA.
DMAS menunjukkan valuasi relatif murah, dengan price to earning ratio (PER) di 7,57x, sehingga layak dikoleksi. Saham KIJA juga menarik bila pertumbuhan kinerja berlanjut.
Sementara, valuasi saham SSIA saat ini terlihat lebih mahal dan membutuhkan katalis kuat untuk mendukung kenaikan harga.
Baca Juga: Jajaran Emiten Big Caps Kian Beragam, Simak Saham Rekomendasi Analis
“Secara umum, saham DMAS dan KIJA berpotensi naik lagi jika realisasi investasi dan kondisi makro, seperti suku bunga, rupiah, dan permintaan global tetap mendukung,” katanya.
Liza melihat, dengan PMDN yang tetap kuat dan PMA berpotensi pulih bila tensi global mereda. “Jawa Barat memimpin realisasi investasi, memperkuat outlook kawasan Bekasi, Karawang, dan Subang,” tuturnya.