Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten industri dan pergudangan diprediksi masih lambat di tahun 2024.
Melansir riset Cushman & Wakefield, Jumat (8/12), keterbatasan pasokan lahan industri di area menarik akan menjadi tantangan bagi pengembang untuk menemukan lokasi cadangan lahan yang sesuai.
Director of Strategic Consulting of Cushman & Wakefield Arief Rahardjo memaparkan, terdapat penambahan pasokan lahan industri sebesar 315 hektare pada tahun 2023.
Rinciannya, seluas 145 hektare di Jatiluhur Industrial Smart City di Kabupaten Purwakarta. Lalu, seluas 100 hektar ada di Krakatau Industrial Estate Tahap 2 di Cilegon.
Baca Juga: Kawasan Industri dan Gudang Dinilai Masih Memiliki Prospek Positif
“Kemudian, 70 hektare lainnya merupakan ekspansi dari 2 kawasan Industri di area Bekasi,” ujarnya dalam rilis pers tertanggal 7 Desember 2023.
Di masa mendatang, diperkirakan cadangan lahan paling banyak akan datang dari kawasan industri di Bekasi, Karawang, dan sekitarnya. Sekitar 250 hektare pasokan lahan industri diperkirakan akan memasuki pasar pada tahun 2024.
Arief melihat, permintaan kawasan industri tercatat meningkat dalam 5 tahun terakhir dan trennya akan tetap sama di tahun 2024.
“Rata-rata harga lahan industri pada saat ini sekitar Rp 2.695.000 per meter persegi, naik sekitar 3,1% dari tahun lalu,” ungkapnya.
Namun, tingkat kekosongan gudang sewa di Jabodetabek sedikit meningkat. Sebab, ada pasokan baru dan menciptakan persaingan pasar yang tinggi. Tren ini pun diperkirakan akan berlanjut ke tahun 2024.
Pada tahun 2024, permintaan untuk sewa gudang diperkirakan masih berasal dari logistik pihak ketiga, FMCG, dan otomotif.
“Harga sewa gudang diperkirakan akan bertahan di level Rp 78.000 per meter persegi per bulan. Pada tahun 2024, pasokan gudang baru diperkirakan akan bertambah sebesar 280.000 meter persegi,” paparnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, kinerja emiten industri dan pergudangan hingga saat ini masih belum terlalu baik.
Misalnya saja, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 3,02 triliun hingga kuartal III 2023, naik 22,3% dari Rp 2,46 triliun yang dibukukan pada periode sama tahun lalu. Namun, SSIA malah membukukan rugi bersih konsolidasi Rp 23,7 miliar hingga kuartal III 2023.
PT Bekasi Fajar Industrian Estate Tbk (BEST) membukukan pendapatan Rp 411,16 miliar hingga kuartal III 2023, naik dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 406,72 miliar. Laba BEST tercatat sebesar Rp 101,35 miliar per September 2023, naik dari periode sama tahun lalu Rp 94,66 miliar.
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencatat total pendapatan terkumpul Rp 29,97 triliun hingga kuartal III 2023, turun dari periode sama tahun lalu Rp34,58 triliun. Laba AKRA per 30 September 2023 membukukan laba bersih Rp1,71 triliun, naik 9% dari periode sama tahun lalu senilai Rp1,56 triliun.
“Ekspektasi di kuartal IV 2023 kinerja mereka akan sama. Untuk kinerja tahun depan, investor bisa mencermati dulu laporan keuangan kuartal I,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (8/12).
Baca Juga: Permintaan Lahan Industri dan Gudang Diprediksi Turun pada 2024, Begini Kata Analis
Nafan melihat, tingkat kekosongan gudang itu mencerminkan penurunan permintaan sewa. Investor pun disarankan untuk lebih prudent terhadap sektor ini di tahun 2024. Sebab, tahun depan adalah tahun pemilu.
“Jika stabilitas dan keaman politik terjamin, sentimennya akan positif untuk kinerja emiten industri dan pergudangan. Sebab, ini berkaitan dengan menggeliatnya aktivitas ekonomi domestik,” tuturnya.
Secara teknikal, Nafan melihat, saham AKRA masih bergerak sideways. Dalam jangka menengah dan pendek, saham AKRA masih bearish consolidation. Saham AKRA saat ini bergerak di kisaran harga Rp 1.330 – Rp 1.540 per saham.
Saham SSIA juga bergerak secara sideways di level harga Rp 400 - Rp450 per saham.
Sementara, saham BEST masih bearish consolidation secara jangka pendek dan bergerak sideways untuk jangka menengah. Level pergerakan harga saham BEST ada di kisaran Rp 130 - Rp142 per saham.
“Rekomendasi neutral, tetapi belum ada target harga. Investor bisa menantikan prospek kinerja para emiten di akhir tahun 2023,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News