Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergelut di industri kimia mencetak kinerja yang bervariasi pada separuh pertama tahun ini. Harga komoditas yang melandai membawa sentimen berbeda pada emiten industri kimia.
Tengok saja kinerja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang berhasil memperbaiki kinerja bottom line, meski top line mengalami koreksi. Pendapatan TPIA menyusut 19,54% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 1,07 miliar.
Hanya saja, emiten petrokimia anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini mengais berkah dari penurunan harga minyak mentah. Sehingga secara bottom line, TPIA memangkas rugi bersih secara signifikan dari US$ 64,62 juta menjadi US$ 586.000 per semester I-2023.
Berbeda nasib dengan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) yang bergelut di bidang energi dan kimia melalui kilang LPG dan pabrik amoniak. Pendapatan ESSA merosot 52,07% (YoY) menjadi US$ 168,18 juta. Sedangkan laba bersihnya ambles 94,06% (YoY) menjadi tersisa US$ 3,97 juta.
Tak hanya ESSA, anjloknya bottom line dalam enam bulan pertama tahun ini juga dialami oleh sejumlah emiten industri kimia lainnya. Seperti PT Lautan Luas Tbk (LTLS), PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) dan PT Chemstar Indonesia Tbk (CHEM).
Baca Juga: Pasar Saham Unjuk Gigi, Pasar Obligasi Cenderung Flat di Bulan Juli 2023
Direktur SDM & Urusan Korporat TPIA, Suryandi, mengatakan ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi harga energi akan rentan membawa volatilitas yang berlanjut di sisa tahun ini. Dus, permintaan di pasar domestik masih menjadi penentu.
"Kami tetap melihat adanya tantangan bisnis di Semester II. Namun kami berharap kebutuhan pasar domestik dapat mendorong pertumbuhan kinerja Chandra Asri," kata Suryandi kepada Kontan.co.id, Kamis (10/8).
Suryandi meyakini, permintaan domestik akan jadi penopang lantaran produk TPIA menyokong sektor industri lainnya seperti otomotif, mesin, elektronika, konstruksi dan aplikasi rumah tangga. "Selain itu, Chandra Asri terus melakukan ekspansi untuk memperkaya portofolio investasi yang dapat menunjang bisnis kami," imbuhnya.
Prospek Kinerja & Rekomendasi Saham
Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto memperkirakan level pertumbuhan kinerja emiten kimia masih akan terbatas. David mempertimbangkan kondisi makro ekonomi dan posisi industri kimia sebagai sektor bahan baku untuk mendukung industri lainnya.
"Kalau memang masih ada potensi penurunan ekonomi, maka industri pendukung ini biasanya akan terdampak terlebih dulu saat produsen mengerem produksinya," sebut David.
Baca Juga: Inisiatif Strategis SRO, OJK, dan BEI dalam Mendorong Pertumbuhan Pasar Modal
Research Analyst Erdikha Elit Sekuritas Ika Baby Fransiska menambahkan, kinerja ekspor industri kimia dasar memang sedang tertekan. Ika memprediksi pelemahan ini masih belum pulih pada semester II-2023 di tengah penurunan permintaan global.
Kondisi ini membuat pelaku pasar masih wait and see terhadap saham-saham emiten kimia. "Banchmark-nya yaitu indeks basic materials yang memang masih mengalami pelemahan yang dalam," kata Ika.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menimpali, saham-saham emiten kimia menjadi pemberat bagi indeks saham sektor barang baku. Secara year to date hingga Kamis (10/8), IDX basic materials ambles 9,63%, menjadi indeks sektoral dengan penurunan paling dalam ketiga setelah sektor energi dan teknologi.
Arjun pun memprediksi prospek emiten kimia di sisa tahun ini masih belum cerah. Sehingga pelaku pasar lebih baik mencermati saham di bidang bisnis yang lain. "Tidak ada katalis yang jelas, selain itu tren-nya kurang kondusif. Masih ada emiten di sektor lain yang jauh lebih kondusif," sebut Arjun.
Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim memprediksi kinerja saham emiten kimia masih cenderung bergerak sideways pada semester II ini. Tapi, secara teknikal pelaku pasar dapat memanfaatkan potensi rebound kecil.
"Sementara secara kinerja keuangan pada emiten industri kimia kami melihat akan cenderung mengalami penurunan dan tidak akan setinggi tahun lalu," ujar Lukman.
Secara umum, kinerja bisnis dan saham emiten kimia masih terpapar sentimen dari harga komoditas. Hal ini juga tampak dari rotasi sektor sejak awal tahun ini. Lukman memandang investor cenderung mengurangi alokasi pada saham komoditas, dan cenderung beralih ke sektor keuangan dan konsumer.
Senada, Ika merekomendasikan wait and see untuk saham emiten kimia dengan market caps jumbo, yakni BRPT dan TPIA. Analisa Ika, BRPT bergerak uptrend jangka pendek, dan mampu menembus MA20 dan MA50. BRPT berpotensi melanjutkan kenaikan jika mampu breakout di level Rp 795.
Support terdekat berada di area Rp 776 - Rp 761. Namun, ada tendensi mengalami pelemahan jika menembus level Rp 756. Sementara itu, saham TPIA masih bergerak sideways selama 20 hari, seiring dengan volume yang relatif stagnan.
Pergerakan harganya masih berada di area konsolidasi jangka menengah MA20. Tapi, TPIA berpotensi rebound jika mampu breakout di level resistance Rp 2.120 dengan target kenaikan hingga level Rp 2.272 secara jangka panjang.
Namun, ada tendensi TPIA keluar di area konsolidasinya jika menembus support bawah di level Rp 2.069. Sedangkan Lukman merekomendasikan speculative buy TPIA dengan target harga di Rp 2.260 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News