Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri farmasi diproyeksikan masih dapat bertumbuh hingga akhir tahun ini. Tiga emiten sektor farmasi telah merilis kinerja keuangan yang bervariasi.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatat kenaikan pendapatan 6,3% secara tahunan menjadi Rp 8,36 triliun di kuartal I 2024. Laba bersih Kalbe Farma bahkan naik 11,8% menjadi Rp Rp 957,5 miliar.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) membukukan penjualan sebesar Rp 1,05 triliun di kuartal I-2024, naik 16,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sekitar Rp 907,3 miliar. Laba bersih Sido Muncul melonjak 30% menjadi Rp 390,4 miliar di kuartal I-2024 ini.
Sementara PT Phapros Tbk (PEHA) mencatat penurunan kinerja di tiga bulan pertama tahun 2024. Emiten BUMN di bidang farmasi ini harus mencatat rugi bersih Rp 29,44 miliar pada kurtal I 2024. Padahal pada periode yang sama di tahun 2023, PEHA dapat mengantongi laba sebesar Rp 4,57 miliar. Penjualan dan pendapatan usaha PEHA menyusut 34,4% menjadi Rp 171,04 miliar.
Baca Juga: Laba Kalbe Farma (KLBF) Naik Double Digit di Kuartal I-2024, Ini Sebabnya
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan, performa keuangan SIDO yang paling menarik pada tiga bulan pertama tahun ini. Di sisi lain, valuasi dari SIDO juga yang tergolong cukup menarik. Terlebih lagi kinerja SIDO sudah kembali menguat setelah pada beberapa periode sebelumnya turun.
"Di sisi pangsa pasar SIDO juga tergolong sebagai market leader di segmen obat herbal," kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Jumat (10/5).
Miftahul melihat, salah satu sentimen yang mendorong kenaikan pada sektor farmasi antara lain adanya perbaikan pada daya beli masyarakat pada awal tahun. Selain itu, tingkat kesadaran yang meningkat akan pentingnya menjaga kesehatan juga turut membawa sentimen positif bagi sektor ini.
Miftahul juga memprediksi sektor farmasi pada tahun 2024 ini masih menarik. Pasar domestik yang besar didorong oleh tingkat kebutuhan yang cukup tinggi pula. Hal itu membuat sektor farmasi masih memiliki ruang pertumbuhan.
"Meski begitu kami kira perlu adanya inovasi pada produk yang ditawarkan pada sektor ini, selain itu volatilitas nilai kurs rupiah juga bisa berdampak pada kinerja sektor farmasi," ujar dia.
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) Jadi Saham Konsumer Paling Bugar, Intip Rekomendasi Sahamnya
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat, industri farmasi merupakan salah satu sektor yang kuat terhadap situasi dan kondisi yang ada saat ini dari berbagai sentimen yang ada.
"Apabila kita berbicara farmasi yang mengandalkan impor bahan baku, tentu hal ini akan memberatkan kinerja perusahaan tersebut di tengah pelemahan nilai tukar rupiah yang bahkan sudah menyentuh Rp 16.000," kata Maximilianus.
Meski begitu, sektor kesehatan akan selalu menjadi perhatian karena sifatnya yang defensif. Tetapi investor tetap harus memilih saham yang memang tidak memiliki eksposure besar di impor sehingga tidak memberatkan kinerja.
"Secara prospek kami masih melihat cukup baik di tahun ini, meskipun bukan menjadi pilihan utama," ujar Nico.
Miftahul merekomendasikan untuk trading buy pada saham SIDO dengan target harga Rp 745, buy on retracement pada KLBF dengan target harga Rp 1.510 dan wait and see pada PEHA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News