kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.413   -9,00   -0,05%
  • IDX 7.515   50,54   0,68%
  • KOMPAS100 1.061   11,17   1,06%
  • LQ45 796   8,47   1,07%
  • ISSI 254   0,53   0,21%
  • IDX30 415   3,38   0,82%
  • IDXHIDIV20 474   3,64   0,77%
  • IDX80 120   1,18   1,00%
  • IDXV30 124   1,05   0,86%
  • IDXQ30 133   1,29   0,98%

Kinerja Emiten Baja Semester I-2025: Mayoritas Pendapatan Turun, Ada yang Merugi


Selasa, 05 Agustus 2025 / 18:50 WIB
Kinerja Emiten Baja Semester I-2025: Mayoritas Pendapatan Turun, Ada yang Merugi
ILUSTRASI. Kinerja emiten yang bergerak di industri baja masih lesu dengan mayoritas pendapatan turun di semester I-2025


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten yang bergerak di industri baja masih lesu pada separuh pertama 2025. Mayoritas emiten mengalami penurunan pendapatan dengan perolehan laba dan rugi yang bervariasi.

Tengok saja performa PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) yang mengalami penurunan penjualan cukup signifikan, merosot 57,76% secara tahunan (year on year/YoY) dari US$ 200,03 juta menjadi US$ 84,48 juta. GGRP pun berbalik menanggung kerugian US$ 20,98 juta pada semester I-2025.

Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, GGRP masih meraih laba bersih senilai US$ 118,42 juta. Direktur Gunung Raja Paksi, Harianto mengungkapkan bahwa kinerja GGRP pada semester I-2025 mencerminkan tekanan yang masih membayangi industri baja nasional.

"Perlambatan permintaan di beberapa sektor utama, dikombinasikan dengan derasnya arus produk baja impor dengan harga murah menjadi penyebab penurunan performa perusahaan," ungkap Harianto kepada Kontan.co.id, Selasa (5/8).

Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Hadirkan Dua Produk Baja Baru yang Ramah Lingkungan

Penurunan kinerja juga dialami oleh PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST). Penjualan GDST menyusut 8,57% (yoy) menjadi Rp 1,28 triliun, dari sebelumnya Rp 1,40 triliun. Sedangkan laba periode berjalan GDST anjlok 49,58% (yoy) dari Rp 85,21 miliar menjadi Rp 42,96 miliar.

Pada periode yang sama, PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) mengalami penurunan penjualan 12,49% (yoy) dari US$ 72,04 juta menjadi US$ 63,04 juta. Meski begitu, NIKL berhasil memangkas kerugian tahun berjalan sebanyak 79,9% (yoy) dari US$ 3,84 juta menjadi tersisa US$ 774.823.

PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) alias Spindo juga mengalami penurunan penjualan dan pendapatan jasa sebanyak 6,45% (yoy) dari Rp 2,79 triliun ke posisi Rp 2,61 triliun. Namun, perolehan laba bersih ISSP masih bisa menanjak 1,80% (yoy) dari Rp 209,58 miliar menjadi Rp 213,36 miliar.

Chief Strategy Officer, Corporate Secretary & Investor Relations Spindo, Johanes W. Edward mengungkapkan penjualan dan pendapatan jasa ISSP merosot akibat penurunan bertahap harga baja global. Meski begitu, ISSP bisa menjaga profitabilitas melalui efisiensi biaya dan pengelolaan product mix yang efektif.

Berbeda dengan emiten baja plat merah, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) yang mampu menumbuhkan pendapatan usaha sebanyak 3,63% (yoy) dari US$ 444,67 juta menjadi US$ 460,82 juta. Namun, rugi bersih KRAS justru melonjak 66,96% (yoy) dari US$ 64,15 juta ke posisi US$ 107,11 juta.

Direktur Utama Krakatau Steel, M. Akbar Djohan menjelaskan pendapatan KRAS naik terdongkrak oleh kembali beroperasinya pabrik Hot Strip Mill (HSM) sejak awal tahun sebagai kontributor utama di segmen bisnis baja.

 

Namun, penyesuaian operasional pasca reaktivitasi HSM menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan laba bruto KRAS.

Faktor lain yang menekan laba KRAS adalah tren penurunan harga baja secara global pada paruh pertama 2025. "Di sisi lain, beban keuangan yang relatif tinggi dan tekanan dari nilai tukar juga turut memengaruhi capaian laba bersih perusahaaan pada periode ini," ujar Akbar.

Strategi Emiten Baja pada Semester II-2025

Emiten baja mempersiapkan strategi untuk bisa memperbaiki kinerja pada sisa tahun ini. Contohnya KRAS yang optimistis dapat mencetak pertumbuhan pendapatan sejalan dengan pabrik HSM yang telah beroperasi penuh. 

"Di samping itu, program efisiensi biaya serta upaya restrukturisasi keuangan yang sedang berjalan diharapkan dapat memberikan ruang perbaikan terhadap posisi keuangan perusahaan, termasuk dalam menekan rugi bersih," terang Akbar.

Catatan Akbar, tekanan harga global dan persaingan dengan produk impor masih menjadi tantangan utama. Dari sisi permintaan di dalam negeri, Akbar berharap pelaksanaan berbagai proyek pembangunan pemerintah maupun swasta bisa mendorong pertumbuhan kebutuhan baja nasional.

"Perseroan juga terus melanjutkan diversifikasi usaha melalui program hilirisasi dan penetrasi pasar ekspor yang secara bertahap mulai menunjukkan hasil positif," imbuh Akbar.

Sedangkan GGRP memprioritaskan penguatan penetrasi pasar domestik melalui peningkatan layanan pelanggan. Strategi ini dibarengi dengan upaya GGRP dalam melakukan efisiensi operasional di seluruh rantai pasok.

Harianto menyampaikan, GGRP turut mendorong pengembangan produk bernilai tambah yang sesuai dengan kebutuhan industri nasional. GGRP secara selektif mengevaluasi peluang ekspor ke pasar non-tradisional.

Baca Juga: Laba Bersih Gunung Raja Paksi (GGRP) Melesat Jadi US$ 122,28 Juta pada 2024

"Langkah ini sejalan dengan arah kebijakan industri nasional yang mendorong substitusi impor dan peningkatan penggunaan produk baja lokal di berbagai proyek strategis," tambah Harianto.

Sementara itu, Johannes mengungkapkan bahwa kekhawatiran utama pelaku industri baja saat ini masih berkisar pada ancaman banjirnya produk impor. Khususnya produk impor dari China, baik legal maupun non-legal.

Apalagi dengan efek tarif resiprokal dari Amerika Serikat yang menaikkan bea masuk untuk baja asal China.  "Ada risiko pergeseran arus ekspor dari ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sehingga memperparah tekanan dari sisi suplai dalam negeri," jelas Johannes.

Meski begitu, ada peluang dari permintaan sektor konstruksi swasta dan infrastruktur publik, terutama pada proyek-proyek yang berkaitan dengan energi dan konektivitas nasional. Johannes pun berharap ekonomi Indonesia bisa melanjutkan pertumbuhan di sisa tahun ini.

Selanjutnya: Kalah dari Singapura, DPR Dorong Sistem Cadangan Berbasis Emas

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Besok, Rabu 6 Agustus 2025: Keuangan dan Karier Leo Bersinar Terang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×