kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja dan harga saham Garuda Indonesia (GIAA) tertekan corona, beli atau hindari?


Rabu, 15 Juli 2020 / 20:40 WIB
Kinerja dan harga saham Garuda Indonesia (GIAA) tertekan corona, beli atau hindari?
ILUSTRASI. Garuda Indonesia (GIAA) menjalankan sejumlah efisiensi untuk menekan kerugian.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah menjalankan sejumlah efisiensi, salah satunya dengan menawarkan pensiun dini ke ratusan karyawan. Sebab, adanya pandemi Covid-19 telah membuat keuangan maskapai pelat merah ini terganggu.

Dalam catatan Kontan.co.id, GIAA juga sedang mengupayakan untuk mengembalikan pesawat yang tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan kepada lessor selain negosiasi untuk menurunkan tarif sewa. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini kontraktual sewa pesawat yang masih berlangsung hingga jangka waktu rata-rata 10 tahun hingga 12 tahun.

Diakui Irfan, secara kontrak, perjanjian sewa pesawat itu lebih berpihak kepada lessor. Sehingga, manajemen Garuda Indonesia juga melakukan pendalaman secara legal atas kontrak tersebut.

Baca Juga: Begini strategi lengkap Garuda Indonesia (GIAA) atasi kas mini dan utang jumbo

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony memandang, sekarang ini memang prospek emiten penerbangan masih cenderung kurang baik dengan adanya pandemi Covid-19. Dia bilang, masyarakat lebih memilih untuk tidak melakukan perjalanan menggunakan pesawat udara apabila tidak mendesak. Terlebih, penumpang juga harus mengurus persyaratan sebelum berangkat sehingga harus merogoh kocek lebih dalam.

Dengan upaya efisiensi, Chris mengatakan, perusahaan maskapai diharapkan dapat bertahan sampai masa pandemi ini berakhir. "Untuk kinerja sendiri di tahun ini akan cenderung turun, walaupun sudah melakukan upaya efisiensi tetapi seharusnya operasionalnya masih cukup besar," kata Chris kepada Kontan.co.id, Rabu (15/7).

Baca Juga: Jurus Garuda Indonesia Menekan Kerugian

Chris memprediksi, pendapatan GIAA dapat terkontraksi turun sebesar 50% hingga 75% dari tahun sebelumnya. Pada tahun lalu GIAA berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan 5,54% menjadi US$ 4,57 miliar, ketimbang pada 2018 pendapatan GIAA sebesar US$ 4,33 miliar.

Dengan begitu, Chris merekomendasikan pelaku pasar untuk sementara ini sebaiknya menghindari lebih dulu saham sektor penerbangan karena ketidakpastian pada emiten penerbangan secara jangka panjang.

Pada penutupan perdagangan Rabu (15/7), saham GIAA terkoreksi 0,77% ke harga Rp 258 per saham. Dari awal tahun harga saham GIAA sudah melemah 48,19%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×