kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.305   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.832   -37,03   -0,54%
  • KOMPAS100 989   -6,89   -0,69%
  • LQ45 760   -4,16   -0,54%
  • ISSI 222   -0,69   -0,31%
  • IDX30 392   -3,26   -0,83%
  • IDXHIDIV20 456   -5,40   -1,17%
  • IDX80 111   -0,56   -0,51%
  • IDXV30 113   -1,23   -1,08%
  • IDXQ30 127   -0,89   -0,69%

Ketidakpastian Mewarnai Tahun 2025, Instrumen Investasi Apa yang Prospektif?


Rabu, 25 Juni 2025 / 20:18 WIB
Ketidakpastian Mewarnai Tahun 2025, Instrumen Investasi Apa yang Prospektif?
ILUSTRASI. Pialang memantau pergerakan perdagangan saham di Jakarta, Senin (3/6/2024). Prospek pasar keuangan Indonesia diperkirakan membaik di semester II-2025, namun dengan ketidakpastian yang tetap ada.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pasar keuangan Indonesia diperkirakan membaik di semester II-2025. Namun dengan ketidakpastian yang tetap ada, investor diharapkan cermat dalam menyusun portofolionya.

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan sentimen global relatif ada perbaikan. Ia menjelaskan, terkait konflik di Timur Tengah, Amerika Serikat (AS) dinilai tidak banyak peranan sehingga diharapkan bisa menjadi katalis positif untuk emerging market, seperti Indonesia.

"Namun memang, ketidakpastian tetap ada seiring keputusan final terkait tarif belum ada, khususnya setelah masa tiga bulan dari penundaan tarif resiprokal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/6).

Baca Juga: Ini Makna Tahun Ular Kayu pada Imlek 2025, Muncul 60 Tahun Sekali

Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto melanjutkan bahwa tensi konflik di Timur Tengah mungkin mereda. Namun, butuh waktu untuk konsolidasi sehingga efeknya diperkirakan masih akan terasa hingga awal tahun depan.

Di tengah kondisi itu, Eko menilai investor sebaiknya menjauhi produk yang berisiko tinggi. Khususnya untuk produk yang akan terdampak dengan perang yang masih berlangsung.

"Misalnya saham-saham sektor tertentu seperti transportasi atau properti," katanya.

Karenanya, Eko menilai instrumen emas, reksadana pasar uang dan obligasi jangka pendek bisa menjadi pilihan. "Kecenderungan investor untuk safe heaven dan meletakkan aset ke produk yang likuid menjadi salah satu alasan," sambungnya.

Baca Juga: Ketidakpastian Global Tinggi, Koin Kripto Apa yang Paling Menarik?

Myrdal berpandangan bahwa instrumen yang paling prospektif adalah obligasi pemerintah. Ini didukung ada kemungkinan ruang penurunan suku bunga sekitar 50 basis poin (bps), baik dari global maupun domestik.

Ia memperkirakan yield SUN acuan 10 tahun Indonesia sendiri akan berada di level 6,64% di akhir tahun. Adapun, yield SUN 10 tahun berada di level 6,69% per Rabu (25/6) pukul 19.24 WIB, berdasarkan Trading Economics.

Di sisi lain, Myrdal juga melihat prospek saham juga masih cukup baik.

Hanya saja, investor disarankan masuk pada ke sektor-sektor yang menjadi target prioritas pembangunan pemerintah terkait pangan, energi (EBT), peningkatan kualitas pendidikan, maupun sektor-sektor terkait program pemerintah terkait UMKM dan koperasi.

Baca Juga: 6 Strategi Efektif Mengurangi Stres Finansial di Tengah Ketidakpastian Ekonomi 2025

"Kami perkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada direntang 6.723-7.638 pada semester II," katanya.

Berdasarkan tipe risiko investor, sambung Eko, untuk tipe konservatif bisa memperbanyak produk risiko rendah, seperti deposito atau reksadana dan obligasi jangka pendek. "Untuk yang agresif, prosentase lebih banyak di emas atau saham blue chip bisa digunakan sebagai strategy mixed portofolio," tutup Eko.

Selanjutnya: Iran Eksekusi Tiga Pria atas Dugaan Spionase untuk Intelijen Israel Mossad

Menarik Dibaca: DLH Jakarta Jalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah di 6 Kelurahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×