kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketegangan geopolitik Iran-AS meningkat, begini saran analis untuk atur portofolio


Rabu, 08 Januari 2020 / 20:21 WIB
Ketegangan geopolitik Iran-AS meningkat, begini saran analis untuk atur portofolio
ILUSTRASI. ilustrasi racikan investasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik Iran-Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru. Iran yang dinilai akan cenderung diam, ternyata membalas AS dengan menyerang pangkalan militer milik Amerika. Banyak pihak yang menilai, ketegangan kali ini bisa berujung terjadinya perang.

Ini bukan pertama kalinya Amerika berada pada situasi seperti ini, sebelumnya hal serupa pernah terjadi. Amerika pernah terlibat perang dengan Irak, bahkan hingga dua kali. Akibat perang tersebut, kondisi ekonomi pun ikut terguncang.

Menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian, investasi tentu menjadi langkah yang penting dan harus segera diambil. Lalu bagaimana cara mengurus portofolio investasi di tengah kecamuk ancaman perang?

Baca Juga: Ini Portofolio Investasi Pilihan Menghadapi Ketidakpastian Tahun 2020

Analis Trades Asia Point Deddy Yusuf menyarankan untuk memilih instrumen emas. Sebab sebagai safe haven, emas tidak akan terpengaruh dengan sentimen konflik, justru menguat.

“Selama perang Irak satu dan dua, emas terbukti sebagai instrumen investasi yang paling menguntungkan bila dibandingkan dengan valuta asing, saham, atau minyak. Bila ketegangan ini terus memanas, maka emas tetap menjadi opsi paling utama,” ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Rabu (8/1).

Lebih lanjut, ia melihat ketegangan Iran-AS memiliki pola dan karakteristik yang serupa dengan Perang Teluk dan Perang Irak 1&2. Oleh sebab itu trennya emas akan kembali menjadi safe haven yang paling menguntungkan.

Hal ini dapat dilihat dari tren belakang ini, di mana ketika ada pernyataan atau sikap yang diambil salah satu negara, harga si kuning akan terkerek naik.

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono juga memilih emas sebagai aset safe haven yang paling menjanjikan. Ia menjelaskan minyak bukan menjadi pilihan yang menarik dikarenakan kenaikan harganya disebabkan ketakutan pasar akibat lokasi perang yang terletak di gudang minyak Timur Tengah.

“Pada Perang Teluk dan Perang Irak 1&2 harga minyak melonjak karena muncul ketakutan minyak akan menjadi komoditas langka. Jadi naik karena minyak diburu sebagai komoditas konsumsi, bukan sebagai instrumen investasi atau bagian strategi hedging,” papar Wahyu.

Konflik antara Iran-AS kebetulan juga terletak di Timur Tengah, sehingga Wahyu menilai ketakutan serupa mungkin terjadi lagi dan mengakibatkan harga minyak kembali naik.

Baca Juga: Memasuki tahun 2020, tinjau kembali portofolio Anda untuk maksimalkan keuntungan

Sementara untuk rupiah, Deddy melihat rupiah masih perlu diwaspadai dan melihat respon terlebih dahulu. Apakah pasar akan mengoleksi yen atau dolar AS. “Tapi yang saya lihat sejauh ini, jika nilai tukar masih berada di bawah level Rp 14.000 selama kuartal I, rupiah akan relatif stabil,” terang Deddy.

Kedua analis ini sepakat bahwa dalam ketegangan geopolitik, saham adalah instrumen yang paling terdampak dan tidak direkomendasikan untuk dikoleksi.
Sebab pada situasi yang tidak pasti, investor akan cenderung melakukan diversifikasi ke safe haven.

“Tapi saham-saham emiten energi dan pertambangan masih menarik untuk dikoleksi pada saat ketegangan terjadi di daerah kilang minyak,” pungkas Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×