kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   29.000   1,24%
  • USD/IDR 16.616   9,00   0,05%
  • IDX 8.067   -160,68   -1,95%
  • KOMPAS100 1.104   -18,58   -1,66%
  • LQ45 772   -16,13   -2,05%
  • ISSI 289   -5,28   -1,79%
  • IDX30 403   -8,81   -2,14%
  • IDXHIDIV20 455   -7,63   -1,65%
  • IDX80 122   -2,25   -1,82%
  • IDXV30 131   -1,45   -1,10%
  • IDXQ30 127   -1,92   -1,49%

Ketegangan Dagang AS-China dan Tekanan Saham Bank Seret Wall Street ke Zona Merah


Selasa, 14 Oktober 2025 / 22:15 WIB
Ketegangan Dagang AS-China dan Tekanan Saham Bank Seret Wall Street ke Zona Merah
ILUSTRASI. Wall Street melemah pada perdagangan Selasa (14/10/2-25) seiring kekhawatiran baru atas konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali menekan sentimen pasar. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street melemah pada perdagangan Selasa (14/10/2-25) seiring kekhawatiran baru atas konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali menekan sentimen pasar.

Di sisi lain, investor mencermati laporan keuangan dari sejumlah bank besar AS yang menandai dimulainya musim laporan keuangan kuartal III-2025.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun Selasa (14/10), di Tengah Ketegangan Dagang AS - China

Saham BlackRock sempat naik 0,7% setelah aset kelolaannya menembus rekor US$13,46 triliun, sementara JPMorgan Chase justru turun 4,1% meski membukukan laba kuartal III di atas ekspektasi dan menaikkan proyeksi pendapatan bunga bersih tahun ini.

Goldman Sachs juga merosot 4,6% meski mencatat laba di atas perkiraan analis. Citigroup turun 0,9%, sedangkan Wells Fargo menguat 2,9% setelah hasilnya melampaui ekspektasi pasar.

Indeks perbankan S&P 500 turun 1,4%, meski sektor ini masih menjadi salah satu penopang utama kinerja indeks sepanjang tahun.

“Kinerja bank sebenarnya cukup baik secara umum, tetapi banyak sahamnya sudah berada di atau mendekati level tertinggi sepanjang masa,” ujar Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B Riley Wealth, menjelaskan mengapa saham perbankan tetap melemah meski hasilnya solid.

Baca Juga: IMF Bandingkan Boom AI dengan Gelembung Internet 1990-an, Apa Bedanya?

Pasar Cermati Dampak Tarif dan Arah Kebijakan The Fed

Laporan keuangan bank-bank besar diharapkan dapat memberi gambaran dampak tarif terhadap korporasi AS, di tengah keterlambatan publikasi data ekonomi resmi akibat penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) yang masih berlangsung.

Investor juga menantikan pidato Ketua The Federal Reserve Jerome Powell di pertemuan tahunan NABE untuk mencari sinyal terbaru mengenai arah kebijakan moneter AS.

Pada pukul 10.08 pagi waktu New York, Dow Jones Industrial Average turun 321,93 poin (0,70%) ke level 45.745,65. S&P 500 melemah 55,76 poin (0,85%) ke 6.598,96, sementara Nasdaq Composite anjlok 305,14 poin (1,34%) ke 22.389,47.

Sektor teknologi memimpin pelemahan dengan turun 1,8%. Saham Nvidia tergelincir 3,5%, dan Broadcom jatuh 4,2% sehari setelah melonjak hampir 10% berkat kemitraannya dengan OpenAI.

Tekanan di saham teknologi turut menekan Nasdaq, sementara sektor consumer discretionary turun 1,3% dengan Tesla melemah 3%. Sebaliknya, saham consumer staples yang bersifat defensif naik 0,5%.

Baca Juga: IMF Optimistis Ekonomi Global Tumbuh 3,2% di 2025, tapi Trump Kembali Guncang Pasar

Ketegangan Dagang Kembali Meningkat

Pasar sempat menguat pada sesi sebelumnya setelah Presiden Donald Trump menyampaikan nada lebih berdamai terkait hubungan dagang dengan China, serta pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent bahwa pertemuan AS-China akhir bulan ini masih sesuai jadwal.

Namun pada Selasa, Washington dan Beijing sama-sama mengenakan biaya pelabuhan tambahan bagi perusahaan pelayaran setelah ancaman Trump untuk memberlakukan tarif 100% terhadap barang-barang asal China sebagai balasan atas pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earths) oleh Beijing.

Kebijakan itu membuat indeks utama Wall Street tergelincir dari rekor tertingginya.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) sedikit menaikkan proyeksi pertumbuhan global 2025 karena dampak tarif dan kondisi keuangan dinilai lebih baik dari perkiraan.

Baca Juga: Goldman Sachs Raup Untung Besar! Laba Kuartal III Tembus US$4,1 Miliar

Namun IMF juga memperingatkan bahwa perang dagang AS-China yang berkepanjangan berpotensi memperlambat output ekonomi dunia secara signifikan.

Di antara saham perusahaan China yang diperdagangkan di AS, Alibaba Group turun 3% dan JD.com melemah 2,5%.

Selanjutnya: FIFA Matchday November 2025: Jadwal Timnas Indonesia Masih Tanda Tanya

Menarik Dibaca: IHSG Masih Rawan Koreksi, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (15/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×