Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri rokok dalam negeri tahun depan diperkirakan sulit untuk mencatatkan pertumbuhan yang baik. Meski daya beli bisa lebih baik, volume penjualan rokok tertekan upaya pemerintah mengurangi konsumsi rokok.
Alfred Nainggolan, Analis Koneksi Kapital secara umum melihat kinerja emiten rokok dari sisi laba bersih cenderung lebih tinggi dari pada pendapatan. Hal ini terjadi , karena emiten banyak melakukan efisiensi pada biaya produksi.
Sementara, Alfred menyebut tekanan dari kenaikan cukai dan psikologis pasar yang diterpa iklan atau kampanye pemerintah akan bahaya merokok jadi mengerem pendapatan emitem rokok. "Pertumbuhan revenue emiten rokok tidak besar saat ini hanya sekitar 4%-5%," kata Alfred, Jumat (10/11).
Namun, ditengah penurunan volume penjualan rokok, perusahaan besar di industri rokok seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) termasuk emiten yang diprediksikan masih akan bertahan menciptakan pertumbuahan meski tak terlalu signifikan.
Akhmad Nurcahyadi Analis Samuel Sekuritas mengatakan HMSP dan GGRM diperkirakan masih akan mampu bertahan pasca penerapan tarif cukai baru. "HMSP dengan portofolio produk yang solid, dan GGRM dengan produk kreteknya yang merajai pasar," kata Akhmad dalam riset, 20 Oktober 2017.
Lebih lanjut , Joni Wintarja Analis NH Korindo Sekuritas mengatakan emiten sektor rokok pada kuartal III 2017 mengalami perbaikan kinerja. Joni menjabarkan pertumbuhan pendapatan HMSP pada kuartal I 2017 sebesar 1,3%, kuartal II 2017 sebesar negatif 5% dan berhasil berbalik arah dengan naik 12,1% di kuartal III 2017.
Kinerja yang lebih baik juga diraih GGRM dengan positifnya pertumbuhan pendapatan di kuartal II 2017 sebesar 6,9% dan kembali tumbuh 10,5% di kuartal III 2017. Maka, secara keseluruhan Joni menyimpulkan pada kuartal III 2017 kinerja emiten rokok khususnya pemain besar cenderung rebound.
Joni mengatakan faktor yang membuat kinerja membaik di kuartal III 2017 adalah ada perbaikan konsumsi domestik. "Di kuartal III 2017 menunjukkan ada pemulihan pendatan konsumen rokok, misal dapat income lebh otomatis konsumen rokok menacari rokok premium yang dijajakan HMSP dan GGRM," kata Joni, Jumat (10/11).
Hanya saja, menurut Joni tantangan sektor tobacco kedepan adalah tentu terkait regulasi pemerintah dalam upaya membatasi produksi rokok melalui iklan. "Persaingan juga bisa menjadi tantangan bagi emiten rokok bagaimana harus cermat menyadari dan menangkap perbahan selera konsumen dengan produk yang sesuai," kata Joni.
Akhmad menambahkan potensi penurunan tajam volume penjualan mungkin terjadi. Skenario yang Akhmad perkirakan adalah penurunan tajam volume penjualan baru terjadi saat average selling price (ASP) atau harga rata-rata jual melonjak sebagai akibat kontinuitas penyesuaian harga atas kenaikan cukai rokok dan mendorong porsi pajak per batang rokok yang menyentuh angka 70%. Saat ini porsi pajak per batang rookok masih menyentuh sekitar 50%-60%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News