Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kepemilikan PT Prudential Life Assurance (REF) di saham PT Elnusa Tbk (ELSA) menyusut menjadi 9,17% atau 668,94 juta lembar saham. Bandingkan dengan kepemilikan saham REF pada Januari 2016 lalu, yang menguasai 9,41% atau 687,17 juta lembar saham ELSA.
"PT Prudential Life Assurance (REF) telah melakukan keterbukaan infromasi sesuai dengan peraturan X.M.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-82/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan," ujar Fajriyah Usman, VP of Corporate Secretary ELSA pada keterbukaan, Senin (22/2).
Selain REF, saham ELSA juga dimiliki oleh PT Pertamina Persero dan Dana Pensiun Pertamina yang tidak mengalami perubahan. Pertamina masih memiliki mayoritas saham ELSA dengan penguasaan sebanyak 41,10% atau 3 miliar saham dan Dana Pensiun Pertamina menguasai 17,81 atau 1,3 miliar saham.
Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enteprise mengatakan bahwa saat ini ELSA masih memiliki fundamental yang baik. Secara jangka pendek, penguatan harga minyak dunia akan mendorong ELSA untuk terapresiasi positif, walaupun tahun lalu saham ELSA sudah mengalami penurunan sebesar 40%.
"Fundamental ELSA masih cukup solid, karena mereka ke depan akan menjadikan minyak sebagai barometer untuk mencetak laba. Harga minyak kan mengalami kenaikan setelah kemarin mengalami penurunan. ELSA masih menarik untuk jangka pendek, ke depan 285 karena hari ini ditutup menguat 6,32% ke level 273. Secara jangka panjang itu akan menguji level 310," ujarnya kepada KONTAN, Senin (22/2).
Ia mengatakan harga saham terendah ELSA dalam 52 minggu terakhir atau setahun yang lalu sempat menembus level 173 dengan level tertinggi berada pada kisaram 640. Penutupan hari ini di level 273 merupakan kinerja positif bagi ELSA walaupun pertumbuhannya masih dibawah nilai pasar.
"Yang jelas, kinerja ELSA akan terapresiasi karena harga minyak sudah US$ 30 per barel, itu minyak sudah menguat. Sebelumnya minyak sempat berada di bottom line US$ 27 per barel dua kali, pertama di Desember dan kedua, Januari. Ke depan minyak bisa menguat US$ 35 per barel dan akhir tahun bisa tembus US$ 38 per barel," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News