Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tren yield obligasi atau surat berharga yang masih tinggi membuka peluang besar bagi para pelaku investor untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia. Di sisi lain, tingginya yield ini bisa menjadi beban bagi negara khususnya APBN untuk membayar kupon SBN yang jatuh tempo di 2025.
Berdasarkan data histori Word Government Bonds, pasar obligasi Indonesia terus menunjukkan tren kenaikan yield pada 2 tahun terakhir. Per 21 Maret 2025 yield bond untuk tenor 10 tahun berada di level 7,26%, dimana angka ini lebih tinggi dibandingkan yield di Desember 2024 yang sebesar 6,99% dan 6,98% per Desember 2023.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto sebelumnya menyampaikan, bahwa yield obligasi Indonesia sejak 12 Maret 2025 sebesar 6,59% terus menunjukkan tren peningkatan hingga berada posisi tertingginya saat ini di 7,26%. Tingginya yield ini sejalan dengan naiknya premi risiko investasi (Credit Default Swap). Ini menandakan sinyal bahwa terjadi kenaikan risiko ketika berinvestasi di pasar Indonesia dan mendorong yield obligasi naik.
Baca Juga: Ini Yang Bikin Sri Mulyani Optimistis Kepercayaan Investor Tetap Kuat di Pasar SBN
Namun melihat tren kenaikan yield ini, Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pebiayaan dan Risiko (DJPPR) bersiteguh tidak akan merubah strategi penerbitan SBN di tahun 2025, yang ditargetkan sebesar Rp 645,56 triliun.
"Pemenuhan pembiayaan APBN 2025 on track, didukung lelang SBN yang kuat, penerbitan SBN ritel yang kuat, dan penerbitan SBN valas yang juga bagus," ungkap Direktur DJPPR Kemenkeu, Suminto kepada Kontan, Jumat (21/3).
Ia tak menampik adanya sedikit kenaikan pada yield SBN, namun menurutnya hal tersebut tetap pada level yang cukup moderat, dimana secara year to date (ytd) yield untuk Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun hanya mengalami kenaikan 4 bps.
Baca Juga: Yield SUN Kembali Melejit, Saatnya Masuk Pasar Obligasi?
Seiring dengan itu, Suminto menyebut saat ini tren pasar SBN cukup stabil, dimana untuk produk Surat Utang Negara (SUN) dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 7,07% per Kamis (20/3).
"Kinerja lelang SBN baik SUN maupun SBSN dari Januari hingga Maret ini sangat baik, dengan penawaran masuk (incoming bid) yang kuat, termasuk dari asing. Dengan incoming bid yang kuat, target lelang dapat tercapai dengan imbal hasil yang wajar," ungkapnya.
Adapun untuk pasar global bond, menurut Suminto investor asing masih menaruh kepercayaan yang tinggi untuk pasar Indonesia. Ia menyebut sampai 18 Maret 2025, penawaran lelang atau incoming bid tercatat masih tinggi, diikuti dengan capital inflow atau masuknya dana asing yang menunjukkan tren positif di pasar obligasi Indonesia.
"Kepercayaan investor termasuk investor asing tetap tinggi, Hingga 18 Maret, asing mencatatkan inflow sebesar Rp16,65 triliun," ungkap Suminto.
Selanjutnya: BPKM Tawarkan Investasi di Sektor Hilirisasi kepada 40 Investor Australia
Menarik Dibaca: Cuaca Besok, Antisipasi Hujan Durasi Panjang di Wilayah Yogyakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News