Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan harga emas dan tembaga mulai terbatas. Namun, prospeknya diperkirakan tetap positif.
Berdasarkan Trading Economics, Rabu (8/5) pukul 19.11 WIB, harga emas naik 0,05% dalam periode 24 jam ke US$ 2.315,90 per ons troy. Namun, dalam sepekan harganya terkoreksi 0,33%.
Sementara tembaga dalam 24 jam terakhir harganya turun 1,01% ke US$ 4,55 per pon. Hanya saja, dalam sepekan masih menguat 0,08%.
Baca Juga: Kenaikan Harga Logam Mulai Terbatas, Intip Prospeknya
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, prospek harga emas masih cukup positif lantaran adanya harapan baru bahwa the Fed akan memulai penurunan suku bunganya tahun ini. Hal tersebut menyusul data non-farm payrol (NFP) yang lebih lemah dari perkiraan.
Berdasarkan FedWatch Tool CME, probabilitas pemangkasan suku bunga pada September 2024 sebesar 64%. "Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik untuk memegang emas batangan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (7/5).
Di sisi lain, para investor juga masih mencermati perkembangan konflik Timur Tengah ketika Hamas menerima proposal gencatan senjata di Gaza. Sementara itu Israel terus melakukan serangan di Rafah, dengan alasan ketidakpuasan terhadap persyaratan tersebut dan berniat untuk melakukan negosiasi lebih lanjut.
Ia memperkirakan harga emas di akhir kuartal ini sebesar US$ 2.315,10 per ons troy. Sementara di akhir tahun diperkirakan naik terbatas ke US$ 2.385,92 per ons troy.
Kemudian untuk prospek harga tembaga masih didorong kekhawatiran pasokan. Cobre Panama, tambang tembaga terbuka terbesar di dunia, ditangguhkan, sementara pemadaman listrik di Zambia berdampak pada tambang-tambang utama.
Baca Juga: Sempat Terkoreksi, Harga Perak Dinilai Masih Bullish
Kesulitan dalam mengamankan pasokan dan rendahnya margin bagi pabrik peleburan di China juga mengakibatkan potensi pengurangan produksi sebesar 10% pada tahun ini. Yang terakhir, tingginya biaya untuk berkomitmen terhadap pertambangan baru mendorong para pelaku industri untuk mencoba aktivitas M&A dengan para pesaingnya dibandingkan memulai proyek baru, ditandai dengan upaya BHP untuk membeli Anglo American.
"Dari sisi permintaan, tingginya permintaan tembaga karena perannya dalam elektrifikasi mempertahankan prospek bullish dalam jangka panjang," paparnya.
Tembaga diperkirakan diperdagangkan pada US$ 4,61 per pon pada akhir kuartal ini. Sementara di akhir tahun mencapai US$ 4,84 per pon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News