kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kenaikan harga batubara membawa berkah bagi emiten jasa pertambangan


Kamis, 16 September 2021 / 16:24 WIB
Kenaikan harga batubara membawa berkah bagi emiten jasa pertambangan
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus melaju. Mengutip Bloomberg, harga komoditas pertambangan ini sudah berada di level US$ 176,55 per ton pada Rabu (15/9), yang merupakan harga tertinggi tahun ini. Harga ini melejit 121,93% % dari harga akhir tahun 2020 di level US$ 79,55 per ton

Tak hanya menguntungkan emiten tambang batubara, emiten yang bergerak di bidang jasa pertambangan juga meraup cuan dari naiknya harga batubara. Sejumlah emiten kontraktor, jasa penunjang, hingga pengangkutan memasang mode optimistis tahun ini.

PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) menjadi salah satu emiten yang kecipratan berkah. Direktur PT Dana Brata Luhur Tbk Hendy Narindra Dewantoro mengatakan, hingga Agustus 2021, realisasi volume barging TEBE sudah mencapai mencapai 3,6 juta metrik ton (MT). 

“Angka ini sudah melewati target akhir tahun 2021 sebesar 3 juta MT,” terang Hendy kepada Kontan.co.id.

Alhasil, rally harga batubara membuat TEBE mengerek target barging volumenya tahun ini. Hendy memperkirakan, volume pengangkutan batubara bisa mencapai 4 juta MT-5 juta MT.

Baca Juga: Bina Buana Raya (BBRM) menjual saham treasury ke Puribuana Raya

Efek kenaikan harga batubara sudah tercermin pada kinerja TEBE sepanjang semester I-2021, dimana pendapatan bersih TEBE naik 58,4%, dari semula Rp 89,34 miliar menjadi Rp 141,51 miliar. Pada enam bulan pertama, TEBE juga berhasil mengantongi laba bersih senilai Rp 40,15 miliar, dari sebelumnya merugi Rp 17,71 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Secara rinci, volume pengangkutan pada kuartal I-2021 sebesar 807.339 MT. Volume barging naik menjadi 1,56 juta MT di kuartal II-2021. Sehingga, total volume pengangkutan TEBE menjadi 2,37 juta MT untuk semester I-2021.

Tahun ini  TEBE cukup percaya diri kinerja keuangannya akan terangkat. Hendy memproyeksikan, pendapatan di tahun 2021 bisa mencapai Rp 300 miliar dengan laba bersih sekitar Rp 80 miliar. Sebagai perbandingan, TEBE membukukan pendapatan sebesar Rp 197,95 miliar dengan kerugian bersih senilai Rp 2,5 miliar tahun lalu.

Ahmad Zaki Natsir, Kepala Hubungan Investor PT Samindo Resources Tbk (MYOH) juga menaruh harap pada tingginya harga batubara. Harga yang tinggi saat ini diharapkan dapat stabil, karena sebagian besar perusahaan batubara baru melakukan revisi Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) di semester kedua.

“Harapannya, dengan banyaknya perusahaan batubara merevisi RKAB dan menaikkan target, dapat membuka peluang bagi kontraktor untuk mendapatkan kontrak-kontrak tambahan,” terang Zaki kepada Kontan.co.id, baru-baru ini.

Zaki melanjutkan, prioritas utama MYOH saat ini adalah mengelola klien eksisting semaksimal mungkin. Terlebih, saat ini klien eksisting sudah merevisi kontrak dan menaikkan volume produksi. 

Zaki optimistis, kenaikan volume produksi klien juga akan berdampak terhadap volume yang dibebankan kepada  Samindo.

Selain kontrak  yang sedang berjalan, MYOH juga berusaha memanfaatkan momentum kenaikan harga ini untuk mendapatkan kontrak-kontrak baru.

Bak pisau dua sisi, kenaikan harga batubara turut membebani sejumlah emiten, salah satunya emiten pertambangan. Dalam paparan publik yang digelar pekan lalu (8/9), Chief Financial Officer (CFO) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto mengatakan, harga batubara mengalami kenaikan signifikan hingga melebihi US$ 5 juta- U$ 6 juta di atas budget yang dipasang.

Dari sisi biaya, INCO selalu berusaha mengontrol biaya untuk mengimbangi kenaikan harga komoditas (minyak dan batubara). INCO juga melanjutkan inisiatif penghematan biaya (cost saving). 

Baca Juga: Harga batubara sentuh rekor tertinggi, begini prospeknya ke depan

Di sisi lain, harga nikel cukup cemerlang. Ketatnya pasar saat ini mendukung harga nikel berada di level US$ 17.000–US$ 18.000 per ton.

Emiten semen juga menjadi sektor yang banyak menggunakan batubara sebagai bahan bakar. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 6,44% menjadi Rp 4,57 triliun di semester I-2021. 
Salah satu komponen yang mengalami kenaikan adalah bahan bakar dan listrik, yang naik 14,16% menjadi Rp 1,83 triliun.

Sebelumnya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, biaya energi mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga batubara.

Meskipun biaya energi mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga batubara, Marcos menyebut sejumlah strategi cukup berhasil menjaga kinerja INTP. Strategi yang dilakukan seperti coal mixing (mencari campuran harga batubara terefisien), pengoperasian pabrik yang semakin efisien, program efisiensi di segala bidang yang dilakukan, serta volume penjualan yang lebih besar membuat laba usaha INTP meningkat tajam sebesar 69% pada semester I-2021.

INTP juga saat ini sedang menyelesaian proyek fasilitas penerimaan refuse-derived fuel (RDF) di Citeureup. Fasilitas RDF ini nantinya akan mengolah limbah menjadi bahan bakar. 

Selanjutnya: Permintaan Membludak, Harga Batubara Tembus US$ 182 per Ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×