Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Zaki optimistis, kenaikan volume produksi klien juga akan berdampak terhadap volume yang dibebankan kepada Samindo.
Selain kontrak yang sedang berjalan, MYOH juga berusaha memanfaatkan momentum kenaikan harga ini untuk mendapatkan kontrak-kontrak baru.
Bak pisau dua sisi, kenaikan harga batubara turut membebani sejumlah emiten, salah satunya emiten pertambangan. Dalam paparan publik yang digelar pekan lalu (8/9), Chief Financial Officer (CFO) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto mengatakan, harga batubara mengalami kenaikan signifikan hingga melebihi US$ 5 juta- U$ 6 juta di atas budget yang dipasang.
Dari sisi biaya, INCO selalu berusaha mengontrol biaya untuk mengimbangi kenaikan harga komoditas (minyak dan batubara). INCO juga melanjutkan inisiatif penghematan biaya (cost saving).
Baca Juga: Harga batubara sentuh rekor tertinggi, begini prospeknya ke depan
Di sisi lain, harga nikel cukup cemerlang. Ketatnya pasar saat ini mendukung harga nikel berada di level US$ 17.000–US$ 18.000 per ton.
Emiten semen juga menjadi sektor yang banyak menggunakan batubara sebagai bahan bakar. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 6,44% menjadi Rp 4,57 triliun di semester I-2021.
Salah satu komponen yang mengalami kenaikan adalah bahan bakar dan listrik, yang naik 14,16% menjadi Rp 1,83 triliun.
Sebelumnya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, biaya energi mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga batubara.
Meskipun biaya energi mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga batubara, Marcos menyebut sejumlah strategi cukup berhasil menjaga kinerja INTP. Strategi yang dilakukan seperti coal mixing (mencari campuran harga batubara terefisien), pengoperasian pabrik yang semakin efisien, program efisiensi di segala bidang yang dilakukan, serta volume penjualan yang lebih besar membuat laba usaha INTP meningkat tajam sebesar 69% pada semester I-2021.
INTP juga saat ini sedang menyelesaian proyek fasilitas penerimaan refuse-derived fuel (RDF) di Citeureup. Fasilitas RDF ini nantinya akan mengolah limbah menjadi bahan bakar.
Selanjutnya: Permintaan Membludak, Harga Batubara Tembus US$ 182 per Ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News