Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
Sedangkan sentimen negatif menurut Michael datang dari harga cukai yang ditetapkan berada di atas angka 12%. Christine melihat sentimen negatif dapat datang dari sentimen lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG).
Michael mengamati, kalau saat ini sudah banyak konsumen yang sudah menurunkan konsumsi rokoknya ke merek yang lebih murah. Dalam hitungannya, di tahun 2019, konsumen rokok non tier-1 berada di angka 30%, dan di tahun 2021 ini sudah meningkat menjadi 30%.
Menurutnya, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menjadi emiten rokok non tier-1 yang menarik, karena banyak konsumen yang downtrading ke rokok ini, terutama dari rokok SKM-nya Wismilak diplomat mild, yang mirip Magnum mild tetapi lebih murah.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) diprediksi mampu menjual 80 miliar batang rokok tahun ini
“Sudah terlihat turun terus, semoga dari PPKM yang dilonggarkan diperkirakan membaik, banyaknya downtrading, terbesar SKM mild, setahun terakhir pindah ke SKM flavour, atau pindahnya ke SKT, atau ke non tier-1,” jelas Michael.
Christine menilai sektor ini netral, dan yang akan sangat mempengaruhi dari cukainya, apabila kenaikannya besar, maka tidak akan terlalu bagus, sehingga penentu dari sektor ini dari bulan Oktober.
Christine menilai emiten yang menarik di sektor ini adalah HMSP dengan rekomendasi trading buy, dengan target harga Rp 1.150 per saham. Senada, Michael juga merekomendasikan HMSP dengan target harga Rp 1.400 per saham, dan dividen yield 8%. Untuk GGRM, Michael merekomendasikan netral dengan target harga Rp 36.000 per saham.
Selanjutnya: Produsen rokok Gudang Garam (GGRM) tambah modal investasi ke anak usaha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News