Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trisula International Tbk mengincar pertumbuhan 10% untuk penjualan dan laba bersih tahun ini. Strategi yang ditempuh perusahaan ini adalah mendorong kinerja ekspor.
Maklum, bisnis ekspor adalah tulang punggung Trisula. Penjualan ekspor tahun lalu sekitar Rp 584,86 miliar, setara dengan kontribusi 75,58% terhadap total penjualan bersih yang sebesar Rp 773,81 miliar. Namun, nilai penjualan ekspor itu turun 20,68% year on year (yoy).
Padahal penjualan domestik masih tumbuh 12,49% yoy menjadi Rp 174,03 miliar. Lantas, penjualan dari pihak berelasi masih meningkat 51,32% menjadi Rp 14,92 miliar.
Buntut dari penurunan penjualan ekspor adalah total penjualan bersih Trisula 2017 turun 14,20% yoy. Penurunan kinerja top line merembet hingga bottom line dengan catatan penurunan 41,34% yoy menjadi Rp 14,19 miliar.
Supaya penjualan ekspor kembali bergairah, Trisula mengandalkan produk andalan berupa seragam, seragam fungsional, dan pakaian olahraga golf. "Kami memiliki skill, design, mesin khusus yang membuat pasar internasional tetap dapat terima," ujar Santoso Widjojo, Direktur Utama PT Trisula International Tbk saat paparan publik di, Senin, (23/4).
Bisnis Trisula di luar negeri melibatkan peran anak usaha bernama Trisco Tailored and Woven International Pty Ltd yang beroperasi secara komersial sejak tahun 2017. Perusahaan berkode saham TRIS di Bursa Efek Indonesia tersebut yakin, Trisco Tailored yang beroperasi di Amerika Serikat akan mempermudah pengembangan bisnis di Negeri Uwak Sam.
Sejalan dengan upaya memperkuat pasar mancanegara, Trisula berencana memperbaiki kualitas produk. Secara bersamaan, mereka menerapkan strategi pemasaran demi meningkatkan kesadaran merek dan memacu penggunaan aluran e-commerce.
Sejauh ini, kontribusi bisnis e-commerce memang belum signifikan. Tanpa menyebutkan nilai, Dina Achmad Sungkar, Direktur Independen PT Trisula International Tbk mengatakan tahun lalu bisnis e-commerce tumbuh 3%. Sementara pertumbuhan pada tahun 2016 sebesar 2%.
Untuk mendukung rencana bisnis tahun ini, Trisula menganggarkan dana belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 9 miliar. Sumber dana berasal dari kas internal dan laba ditahan.
Trisula menilai, tahun lalu penuh tantangan. "Tahun 2017 merupakan tahun yang penuh tantangan terutama untuk sektor ritel dengan melemahnya daya beli konsumen dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar di Indonesia," ujar Santoso, dalam siaran pers.
Trisula memperkirakan, tahun ini pun tantangan bisnis masih akan dihadapi pelaku usaha. Uung Tjahja Putra, Direktur Keuangan PT Trisula International Tbk menyebutkan, tantangan itu berupa pertumbuhan ekonomi global yang belum signifikan, daya beli masyarakat yang belum pulih dan pelemahan nilai tukar rupiah. Tak terkecuali, kenaikan biaya impor dan upah minimum kabupaten/kota (UMK).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News