kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kehilangan kontrak dari Kideco, outlook anak usaha Delta Dunia (DOID) negatif


Jumat, 17 April 2020 / 17:44 WIB
Kehilangan kontrak dari Kideco, outlook anak usaha Delta Dunia (DOID) negatif


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Services menurunkan outlook PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Meski begitu, peringkat perusahaan tambang batubara anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) dan obligasi yang diterbitkan tetap di level Ba3. 

"Perubahan outlook Bukit Makmur menjadi negatif mencerminkan lingkungan operasi yang menantang dan likuiditas kredit BUMA yang melemah dan potensi kehilangan pelanggan utama," ujar Maisam Hasnain, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody's dalam rilis Jumat (17/04). 

Namun, penegasan peringkat BUMA di Ba3 mencerminkan bisnis kontraktor jasa penambangan masih cukup kuat. Apalagi perusahaan ini menjadi kontraktor jasa penambangan batubara terbesar kedua di Indonesia dari sisi volume overburden. Bukit Makmur Mandiri juga memiliki hubungan dengan penambang batubara terbesar di Indonesia. 

Baca Juga: Delta Dunia Makmur (DOID) akan menerbitkan surat utang senilai US$ 750 juta

"Kami berharap BUMA akan mempertahankan struktur modal yang bijaksana dengan kebijakan keuangan yang konservatif," jelas Hasnain. BUMA memiliki kontrak layanan penambangan dengan PT Kideco Jaya Agung, anak perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY). 

Tapi sayangnya pada tahun ini, kontrak BUMA sudah tidak diperpanjang lagi oleh Kideco. Karena Indika telah memutuskan menggunakan layanan penambangan sendiri dalam beberapa bulan mendatang. Sebelumnya, Moody's menghitung kontrak dari Kideco bisa menghasilkan 9% pendapatan konsolidasi BUMA pada tahun 2007 hingga 2019. Moody's menambahkan, Kidecoo adalah pelanggan terbesar ketiga BUMA. 

Baca Juga: Kinerja 4 emiten batubara ini: PTBA, ADRO, DOID & ITMG kompak tergerus di 2019

Akibat kontrak yang tidak diperpanjang, leverafe yang disesuaikan diukur dengan utang yang disesuaikan/EBITDA meningkat 0,3% dari sebelumnya menjadi 3,3 -3,5 kali lebih tinggi dari 12-18 bulan ke depan. 

Risiko lain yang dihadapi BUMA adalah harga batubara yang melemah dan perekonomian yang melambat. Sehingga risiko downside leverage yang disesuaikan bisa memburuk di luar hitungan Moody's saat ini. Apalagi jika ada penambang batubara mengurangi volume produksi di tahun ini. 

Kontrak yang hilang dari Kideco juga akan memperburuk konsentrasi pelanggan dan risiko kontrak pembaruan BUMA yang memiliki masa berakhir kontrak dalam waktu dekat. Pelanggan terbesar BUMA lainnya adalah tambang milik PT Berau Coal di Binungan yang berkontribusi sekitar 20% dari volume pemindahan lapisan tutup (overbudden)  tahunan BUMA pada tahun 2020. 

Moody's mewanti-wanti, peringkat BUMA akan diturunkan jika perusahaan gagal memperpanjang kontrak atau memperbarui kontrak dengan harga jauh lebih rendah atau kehilangan volume kontrak. Total kontribusi tambang milik Berau Coal sebesar 48%. Tambang batubara satu lagi yang digarap BUMA adalah tambang Berau Coal di tambang Lati. 

Baca Juga: Delta Dunia Makmur (DOID) Jaga Produktivitas Batubara dan Memacu Efisiensi

Pelanggan BUMA yang lain adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang berkontribusi sekitar 11% dari pendapatan konsolidasi BUMA pada tahun 2019. 

Wabah virus corona menurut Moody's belum akan berdampak signifikan pada operasi penambangan, pendapatan dan arus kas. Sejauh ini hanya ada satu pelanggan BUMA yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang pada 27 Maret 2020 mengumumkan akan menghentikan sementara kegiatan tambang di Tabang sampai akhir April 2020. BUMA juga ingin membayar kembali volume yang hilang di akhir tahun. 

Moody's memperkirakan likuiditas BUMA akan melemah karena sumber kas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam 12-18 bulan ke depan. BUMA juga telah menarik seluruh fasilitas pinjaman bank. 

Baca Juga: Harga batubara belum stabil, kinerja Delta Dunia (DOID) berpotensi stagnan di 2020

BUMA memiliki fleksibilitas untuk mengurangi belanja modal untuk menjaga likuiditas atau mendanaik pengeluaran modal melalui sewa baru. Tapi potensi likuiditas terbatas karena penurunan permintaan dan harga batubara yang berkepanjangan. "Peringkat BUMA akan diturunkan jika likuiditas semakin melemah dalam tiga sampai enam bulan ke depan," kata Hasnain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×