Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki bulan ketiga 2020, beberapa emiten pertambangan batubara telah merilis kinerja untuk tahun berjalan 2019. Beberapa emiten tersebut diantaranya PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Keempat emiten batubara tersebut kompak mengalami penurunan laba bersih sepanjang 2019.
DOID misalnya, hanya membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 20,48 juta, Capaian ini merosot 72,92% bila dibandingkan dengan capaian laba bersih tahun lalu yang mencapai US$ 75,64 juta.
Baca Juga: Alokasikan capex Rp 4 triliun, ini rencana bisnis Bukit Asam (PTBA) di 2020
Sementara itu, pendapatan DOID juga tergerus 1,20% menjadi US$ 881,81 juta. Padahal, pada tahun sebelumnya, DOID mampu meraup pendapatan hingga US$ 892,45 juta.
“Penurunan laba dan pendapatan seiring dengan harga batubara pada 2019,” terang Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis kepada Kontan.co.id.
Hal serupa dialami oleh PTBA, dimana pada 2019 laba bersih emiten pelat merah ini tergerus 19,24% menjadi Rp 4,05 triliun. Padahal, PTBA masih mampu membukukan laba bersih hingga Rp 5,02 triliun pada 2018.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, penurunan laba bersih PTBA tidak lepas dari harga batubara yang mengalami tren penurunan sepanjang 2019.
Baca Juga: Pasar ekspor batubara masih tertekan, simak strategi Adaro Energy (ADRO)
“Penurunan laba sangat berkaitan dengan harga batubara. Sangat sensitif terhadap harga jual,” ujar dia saat Public Expose PTBA di bilangan Kuningan, Rabu (4/3).
PTBA mengklaim, penurunan laba bersih seiring dengan pelemahan harga batubara Indeks Newcastle sebesar 28% dari US$ 107,34 per ton menjadi US$ 77,7 per ton.
Pun demikian dengan Indeks Batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal index/ICI) yang melemah 17%, dari US$ 60,35 per ton menjadi US$ 50,39 per ton pada 2019.