kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kehilangan kontrak dari Kideco, outlook anak usaha Delta Dunia (DOID) negatif


Jumat, 17 April 2020 / 17:44 WIB
Kehilangan kontrak dari Kideco, outlook anak usaha Delta Dunia (DOID) negatif
ILUSTRASI. Kontraktor pertambangan batubara PT Bukit Makmur Mandiri Utama atau BUMA, anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Foto Dok DOID


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

Risiko lain yang dihadapi BUMA adalah harga batubara yang melemah dan perekonomian yang melambat. Sehingga risiko downside leverage yang disesuaikan bisa memburuk di luar hitungan Moody's saat ini. Apalagi jika ada penambang batubara mengurangi volume produksi di tahun ini. 

Kontrak yang hilang dari Kideco juga akan memperburuk konsentrasi pelanggan dan risiko kontrak pembaruan BUMA yang memiliki masa berakhir kontrak dalam waktu dekat. Pelanggan terbesar BUMA lainnya adalah tambang milik PT Berau Coal di Binungan yang berkontribusi sekitar 20% dari volume pemindahan lapisan tutup (overbudden)  tahunan BUMA pada tahun 2020. 

Moody's mewanti-wanti, peringkat BUMA akan diturunkan jika perusahaan gagal memperpanjang kontrak atau memperbarui kontrak dengan harga jauh lebih rendah atau kehilangan volume kontrak. Total kontribusi tambang milik Berau Coal sebesar 48%. Tambang batubara satu lagi yang digarap BUMA adalah tambang Berau Coal di tambang Lati. 

Baca Juga: Delta Dunia Makmur (DOID) Jaga Produktivitas Batubara dan Memacu Efisiensi

Pelanggan BUMA yang lain adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang berkontribusi sekitar 11% dari pendapatan konsolidasi BUMA pada tahun 2019. 

Wabah virus corona menurut Moody's belum akan berdampak signifikan pada operasi penambangan, pendapatan dan arus kas. Sejauh ini hanya ada satu pelanggan BUMA yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang pada 27 Maret 2020 mengumumkan akan menghentikan sementara kegiatan tambang di Tabang sampai akhir April 2020. BUMA juga ingin membayar kembali volume yang hilang di akhir tahun. 

Moody's memperkirakan likuiditas BUMA akan melemah karena sumber kas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam 12-18 bulan ke depan. BUMA juga telah menarik seluruh fasilitas pinjaman bank. 

Baca Juga: Harga batubara belum stabil, kinerja Delta Dunia (DOID) berpotensi stagnan di 2020

BUMA memiliki fleksibilitas untuk mengurangi belanja modal untuk menjaga likuiditas atau mendanaik pengeluaran modal melalui sewa baru. Tapi potensi likuiditas terbatas karena penurunan permintaan dan harga batubara yang berkepanjangan. "Peringkat BUMA akan diturunkan jika likuiditas semakin melemah dalam tiga sampai enam bulan ke depan," kata Hasnain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×