kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kasus Covid-19 terkendali, saham bank lapis dua ini masih layak dikoleksi


Rabu, 10 November 2021 / 20:17 WIB
Kasus Covid-19 terkendali, saham bank lapis dua ini masih layak dikoleksi
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan patung Banteng Wulung di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perbankan terus mengalami perbaikan seiring pelonggaran mobilitas masyarakat dan penurunan kasus Covid-19. Saham perbankan juga mendapatkan sentimen pertumbuhan permintaan kredit dan pemulihan ekonomi. 

Meski saham big cap sudah kembali mencapai titik seimbang sebelum pandemi, Saham bank lapis dua masih bisa dikoleksi. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama melihat BBTN, BTPS dan BRIS cukup menarik dan dapat dipertimbangkan oleh investor. 

“Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan mereka yang masif di tengah tekanan pandemi. Untuk BBTN targetnya 2.120, lalu BTPS di 4.300 dan BRIS pada 2.730. Target harga tersebut untuk 12 bulan berjalan,” ujar Okie kepada KONTAN pada Rabu (10/11).

Ia menegaskan pemilihan saham tersebut masih berfokus kepada fundamental dari bisnis dan kinerja dari emiten bank tersebut. Ia melihat BBTN masih memiliki prospek bisnis dari kredit pemilikan rumah (KPR) atau mortgage sepanjang 2021. 

Baca Juga: Terbitkan obligasi untuk modal kerja, berikut rekomendasi saham TPIA

Selain itu, BTN juga mampu menurunkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) serta early payment default. Sehingga memberikan dampak perbaikan pada kualitas portofolio kredit yang dimiliki. 

Okie melihat rasio kecukupan BTN masih kuat untuk menjalankan bisnis ke depan. Meski BTN tidak mendapatkan restu dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mendapatkan tambangan modal Rp 1,98 triliun tahun depan.

BTN mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 1,51 triliun pada kuartal III 2021. Naik 35,3% secara year on year (YoY) dari 1,12 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

“Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit serta efisiensi Cost of Fund atau biaya dana. Kami optimistis kinerja yang positif ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2021 dengan berbagai inovasi dan transformasi bisnis yang dilakukan Bank BTN," ujar Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo.

BTN menyalurkan kredit sebesar Rp 270,27 triliun per 30 September 2021 atau naik 6,03% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 254,91 triliun. BTN mampu menekan NPL dari 4,56% di September 2020 menjadi Rp 3,94% di September 2021. BTN akan menjaga NPL di level 3,7% hingga 3,9% di penghujung tahun. 

Baca Juga: Intip rekomendasi saham Chandra Asri (TPIA) dari BRI Danareksa Sekuritas

Adapun  bank PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan laba bersih perseroan tumbuh 37,01% yoy menjadi Rp 2,26 triliun per September 2021. Sejalan dengan penurunan biaya dana atau cost of fund dari 2,7% menjadi 2,1%.  Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) juga terjaga pada level 3%.  

Bank BTPN Syariah berhasil mencatatkan kinerja positif. Hingga kuartal III 2021, bank dengan kode saham BTPS itu mengantongi laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,1 triliun. Dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencetak laba RP 506,54 miliar, laba BTPN Syariah itu melesat lebih dari dua kali lipat.

Selain itu, BTPN Syariah juga mampu salurkan pembiayaan Rp 10,2 triliun pada September 2021. Nilai itu naik 12 % yoy dibandingkan realisasi tahun lalu yakni Rp 9,1 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPF) juga dijaga pada level 2,4%.

Beban operasional BTPS juga turun. Dari Rp 1,89 triliun di kuartal III 2020 menjadi Rp 1,72 triliun. Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan, pencapaian kinerja tersebut tak lepas dari peran signifikan semua stakeholder. Baik dari para bankir pemberdaya yang gigih menjalankan amanah.

"Kemudian nasabah pendanaan yang mempercayakan dana mereka untuk disalurkan kepada seluruh nasabah inklusi, nasabah pembiayaan yang tangguh, para pemegang saham, serta dukungan dari regulator dan pemerintah," kata Fachmy.

Adapun Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menyatakan masih ada beberapa saham bank lapis dua yang menarik dikoleksi. Kuncinya ada pada valuasi bank, bila memiliki PER dan PBV rendah masih layak untuk dicermati. 

Ia menilai bank cilik BUKU 2 isunya harus mendapatkan suntikan modal tambangan. Sehingga tidak menarik karena adanya ketidakpastian dalam memenuhi ketentuan modal yang disyaratkan. Namun untuk BUKU 3 dan BUKU 4 ia melihat masih ada beberapa bank yang masih undervalued

Selanjutnya: Kinerja sejalan proyeksi, saham Japfa (JPFA) direkomendasikan beli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×