Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Percepatan program vaksinasi diharapkan bisa menjadi sarana untuk menekan pertumbuhan kasus kasus baru Covid-19 di Tanah Air. Apalagi, dalam beberapa pekan terakhir jumlah kasus baru terus mencatatkan peningkatan di atas 10.000 kasus per hari.
Sebagai informasi, per Kamis (28/1) terjadi penambahan kasus baru Covid-19 sebanyak 13.695 orang, disertai dengan angka kematian yang tembus rekor baru yakni 476 orang per harinya. Alhasil, total orang Indonesia yang teriveksi Covid-19 hingga Kamis (28/1) mencapai 1,04 juta jiwa, dengan progres pemulihan 81,1% atau sekitar 842 ribu orang dan tingkat kematian 2,8% atau sebanyak 29.331 jiwa.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana cukup menyayangkan, saat negara lain memiliki total kasus Covid-19 berkisar 100.000-200.000 jiwa, di Indonesia justru sudah tembus hingga 1.000.000 jiwa. Salah satu penyebabnya, karena perilaku masyarakat yang belum sesuai dengan kaidah.
"Untuk menerapkan lockdown di Indonesia sendiri cukup sulit, karena banyak dari masyarakat kita hidup dari sektor informal. Kalau lockdown, akan sulit bagi mereka untuk memenuhi kehidupan sehari-hari," kata Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (28/1).
Baca Juga: Kasus Covid-19 tembus 1 juta, IHSG rawan terkoreksi
Apa yang sudah dilakukan pemerintah saat ini dianggap sebagai jalan tengah untuk menjaga perekonomian Tanah Air tetap tumbuh. Di sisi lain, kesadaran masyarakat juga sangat dibutuhkan demi bisa menekan angka pertumbuhan kasus.
Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto menilai, penanganan Covid-19 di Tanah Air masih pro dan kontra. Meskipun begitu, dia memandang Indonesia sebagai salah satu negara cukup seimbang dalam menjaga ekonomi dan kesehatan. "Memang tidak bisa ideal dua-duanya, tapi sebagai gantinya ekonomi kita tidak jatuh-jatuh sangat," ungkap Rudiyanto.
Menurut Rudiyanto, jika pemerintah menerapkan lockdown ekstrem seperti yang terjadi di Maret 2020, maka bisa diperkirakan kondisi ekonomi bakal berisiko. Berkaca dari kejadian Maret tahun lalu, penerapan lockdown ketat telah berdampak pada maraknya aksi pemutusan hubungan kerja, dan itu bisa kembali terjadi jika dilakukan pembatasan ketat atau lockdown.
Baca Juga: Harga minyak WTI diproyeksi bisa menguji US$ 60 per barel pada tahun ini
Terkait penambahan kasus yang cukup tinggi saat ini juga sangat disayangkan oleh Rudiyanto. Untuk itu, dia mendorong agar pemerintah bisa mempercepat program vaksinasi. "Saya percayakan kepada pemerintah dan berharap vaksinasi bisa lebih cepat," ujar dia.
Sebagai pengamat pasar, Rudiyanto menyadari dalam penanganan Covid-19 tidak bisa memisahkan kepentingan antara kesehatan dengan ekonomi. Namun, dia menilai meskipun lockdown ketat mampu menekan jumlah kasus, jika itu diterapkan kembali maka belum tentu akan dipenuhi oleh masyarakat. Ditambah lagi, lockdown juga bisa memukul ekonomi.
"Dengan vaksinasi yang sudah berjalan, daripada berpikir lockdown, lebih baik untuk tingkatkan imbauan agar masyarakat patuhi protokol kesehatan, dan di waktu bersamaan vaksinasi bisa lebih cepat. Itu lebih penting," jelas Rudiyanto.
Baca Juga: IHSG melemah total 7% enam hari beruntun ke bawah level 6.000 hingga Kamis (28/1)
Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengungkapkan, saat ini kuncinya ada pada seberapa cepat pendistribusian vaksin dilakukan dan mencapai herd immunity. Dimana, persepsi investor lebih melihat jumlah kasus aktif dan angka mortalitas.
"Selama angka masih in line dengan negara-negara lain dan jumlah kamar tenaga dan alat medis masih mencukupi, sentimen (pasar) kembali akan fokus ke data ekonomi, ekspektasi perbaikan ekonomi dan makro fundamental Indonesia," tandas Ezra.
Baca Juga: Kasus Covid-19 tembus 1 juta dan IHSG downtrend, begini komentar NH Korindo Sekuritas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News