Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode Januari - Agustus 2021, jumlah investor saham, pasar modal, reksadana, dan surat berharga negara berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pertumbuhan ini melanjutkan tren positif yang sudah terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Merujuk data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per akhir Agustus 2021, jumlah single investor identification (SID) pasar modal tercatat 6,1 juta. Kemudian, investor saham sebanyak 2,69 juta, investor reksadana sebanyak 5,44 juta, dan investor surat berharga negara sebanyak 558.701.
Masing-masing angka itu tumbuh dibandingkan data jumlah investor akhir 2020. Dari pasar modal jumlah investor tumbuh 57,2%, saham tumbuh 59,14%, reksadana tumbuh 71,57%, dan surat berharga negara tumbuh 21,36%.
Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat menilai kenaikan jumlah investor merupakan faktor kondisi pandemi. Sebab, selama pandemi pergerakan masyarakat dibatasi sehingga dalam sehari-hari penggunaan media sosial meningkat dengan tajam.
Baca Juga: Strategi meracik investasi di pengujung tahun
Di waktu yang sama, banyak perusahaan sekuritas juga memanfaatkan media sosial dalam menjaring nasabah. "Itu menyebabkan masyarakat mulai tertarik mencoba investasi dibandingkan menaruh uang di bank," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/9).
Nah, khusus investor baru yang terjaring tentunya banyak investor pemula. Akibatnya, sekalipun tujuannya investasi, pada praktiknya menjadi lebih banyak trading dengan mencoba membeli satu saham dan saham lainnya.
Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan, seiring penambahan jumlah investor baru, jumlah investor yang aktif bertransaksi juga meningkat. Ia memaparkan, per Agustus 2021, rata-rata investor aktif per hari mencatatkan peningkatan dua kali lipat menjadi 198.858 dari 94.704 SID.
"Rata-rata investor aktif per bulan turut meningkat 2,2 kali lipat menjadi 641.442 dari 293.886 SID," jelas Hasan pada 2 September 2021.
Baca Juga: IHSG diramal melanjutkan koreksi pada Rabu (29/9), cermati saham-saham ini
Senada, Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan bahwa meningkatnya jumlah investor akibat Covid-19. Ia bilang, akibat pandemi Covid-19, masyarakat memutuskan untuk menahan konsumsi yang berimbas pada meningkatnya uang yang beredar (M2).
"Karena ada penundaan konsumsi berimbas pada tabungan yang meningkat dan karena tabungan meningkat, masyakarat memutuskan berinvestasi," jelasnya.
Ia menambahkan, melihat tingginya pertumbuhan reksadana sepanjang delapan bulan ini karena reksadana merupakan investasi pemula. Selain itu, reksadana juga memikat dengan kemudahan yang ditawarkan lantaran tidak dikelola sendiri dibandingkan dengan saham.
Terkait tren ke depannya sendiri, dari keempat instrumen investasi tersebut menurut Nico akan tergantung pada profil investor. Menurutnya, setiap instrumen memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing seperti reksadana walaupun terbilang aman tetapi imbal balik yang ditawarkan tidak terlalu besar.
"Berbeda dengan saham yang memiliki return besar, tetapi juga memiliki risiko yang besar," sebutnya.
Oleh sebab itu, Teguh juga menyarankan, sebagai investor baru yang bermain di saham perlunya menahan diri dengan memulai dengan menggunakan dana kecil. Menurutnya, metode atau analisa apapun yang digunakan intinya ada pada psikologis.
"Kemampuan untuk mengendalikan diri, supaya tidak panik saat harga saham turun dan tidak serakah saat harga saham naik," imbuhnya.
Seiring peningkatan jumlah investor, Teguh memaparkan saat ini nilai transaksi dan volume transaksi yang dicatatkan perusahaan sekuritas tumbuh signifikan. Ia bilang, per hari nilai transaksi di semua pasar di atas Rp 10 triliun.
Bahkan, menurutnya, jika sedang ada emiten yang ramai bisa mencapai Rp 30 triliun per hari. "Hal itu karena banyaknya investor atau trader baru," tegasnya.
Selanjutnya: Pembobotan free float bakal ubah dominasi saham penggerak IHSG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News