Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - MALANG. Sepanjang tahun ini hingga Oktober 2019, produsen rokok PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) alias Bentoel Group telah menjual produk Dry Ice Expanded Tobacco (DIET) sebanyak 2.800 ton. Sebesar 99% produk ini dikirim ke luar negeri, yaitu Korea, Singapura, Vietnam, Pakistan, dan Sri Lanka. Hanya 1% produk DIET yang dijual di Indonesia.
Hingga akhir 2019, emiten berkode RMBA ini menargetkan bisa menjual 3.500 ton DIET. Presiden Komisaris Independen RMBA Hendro Martowardojo mengatakan, total nilai penjualan tersebut bisa mencapai Rp 400 miliar.
Sebagai informasi, RMBA memiliki satu pabrik DIET yang terletak di Desa Randuagung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pabrik ini adalah salah satu dari empat pabrik DIET milik induk usaha Bentoel Group, British American Tobacco (BAT). Tiga pabrik lainnya berlokasi di Inggris, Jerman, dan Meksiko.
Baca Juga: Rokok Putih Naik Paling Tinggi, Ini Tarif Baru Cukai Rokok dan Batasan Harga Jualnya premium
Menurut Hendro, utilisasi pabrik DIET di Malang sudah mencapai 75% dari kapasitas produksi tahunan sebanyak 5.000 ton. Dalam satu bulan, pabrik ini bisa menghasilkan rata-rata 480 ton karena beroperasi 24 jam dalam tujuh hari dengan tiga shift pegawai.
Ke depannya, RMBA akan terus memaksimalkan kapasitas pabrik DIET ini. "Tahun 2020 mungkin akan produksi lebih dari 4.000 ton. Tahun 2021 mungkin akan penuh kapasitasnya. Jadi, harus mulai lihat tanah di sebelah yang masih kosong ini," ucap Hendro di seremoni pengiriman produk DIET di Malang, Jawa Timur, Selasa (22/10).
Hal ini memang sejalan dengan rencana bisnis Bentoel Group yang akan menambah volume ekspor DIET pada tahun 2020. Sayangnya, ia belum bisa menginformasikan ke mana saja penambahan ekspor tersebut. Yang jelas, Indonesia rencananya akan menjadi export hub BAT untuk kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah.
Baca Juga: Produk tembakau yang dipanaskan berbeda dengan rokok elektrik ataupun rokok
Terlebih lagi, menurut dia, pasar-pasar tersebut meminati tembakau Indonesia karena menawarkan kualitas yang baik dan biaya yang lebih kompetitif. "Karena kami bisa menghemat dengan teknologi baru. Dari sisi geografis kami juga lebih dekat dengan negara-negara tersebut, hanya dua sampai tiga minggu tiba. Kalau dari Eropa kan harus lebih lama lagi nunggunya," kata dia.
Sebagai informasi, pabrik DIET Malang ini dibangun pada 2016 di atas lahan seluas 35.000 meter persegi dengan fasilitas produksi seluas 3.960 meter persegi. Nilai investasinya mencapai Rp 293 miliar.
Baca Juga: Raih Laba Setelah Merugi Sejak 2012, Ini yang Dilakukan Bentoel International (RMBA)
Pabrik yang mulai beroperasi pada 2018 ini menggunakan teknologi unik yang dapat mengembangkan tembakau hingga 110% dari kondisi semula. Bahan baku tembakaunya mayoritas berasal dari Lombok, lalu Madura, dan sebagian kecil diimpor dari negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News