Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah pergerakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), Kamis (2/11) sulit diprediksi. Spekulasi pasar terhadap hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) menjadi penyebabnya.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dini hari nanti akan ada pidato dari pejabat FOMC tentang jadi atau tidaknya AS menaikkan tingkat suku bunga acuan di bulan Desember. Jika pidatonya bernada hawkish, kemungkinan besar rupiah beserta mata uang sejumlah negara lainnya akan kembali melemah.
Jika pernyataan pejabat FOMC nanti cenderung dovish maka ada kemungkinan rupiah bisa selamat dari tekanan eksternal. "Sampai keputusan FOMC keluar, sulit dipastikan bagaimana laju rupiah," kata Josua.
Dia menambahkan, tekanan dari dollar AS sebenarnya bisa berkurang mengingat adanya data inflasi yang dirilis oleh Bank of England pada Kamis besok waktu setempat. “Kalau hasilnya positif, penguatan dollar AS akan terbatas,” imbuhnya.
Di samping itu, penantian terhadap pengganti Janet Yallen sebagai Gubernur Federal Reserve juga perlu dicermati para pelaku pasar dalam beberapa hari ke depan.
Dari dalam negeri, Josua menilai belum ada sentimen yang bisa berpengaruh signifikan selain rilis data inflasi Indonesia hari ini. Sentimen domestik yang berpengaruh besar baru akan tiba di awal pekan depan ketika data PDB Indonesia untuk kuartal III dirilis. Josua memprediksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.525—Rp 13.625 per dollar AS esok.
Adapun pada hari ini, kurs rupiah melemah 0,12% ke level Rp 13.580 per dollar AS di pasar spot. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah 0,14% ke level Rp 13.592 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News