Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa komoditas akan diperdagangkan dengan gerak yang beragam sepanjang pekan ini. Meski demikian, harga komoditas batubara dan emas diperkirakan akan menarik pada pekan ini.
Analis Mirae Asset Sekruitas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan, setelah memperhitungkan semua rilis data dan sentimen terbaru, dia menilai harga batubara dan emas global terlihat menarik minggu ini. Terkait sentimen terbaru, ada potensi eskalasi kembali dalam perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Baca Juga: Bisnis multifinance mulai tertekan di April
Hal ini terjadi setelah Senat AS meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang dapat menghalangi perusahaan China yang terdaftar di AS untuk berdagang di bursa saham AS.
Meskipun perkiraan tingkat daya beli AS masih beragam, Andy mengatakan bahwa potensi peningkatan sitegang dalam perang dagang AS-China akan mengarah pada harga emas global yang lebih tinggi untuk minggu ini. Dengan demikian, harga emas global akan rebound minggu ini.
“Dengan demikian, kami menilai saham ADRO, PTBA, ANTM serta saham yang berkaitan dengan batubara dan emas lainnya akan menarik bagi investor untuk dipilih minggu ini,” tulis Andy dalam riset, Selasa (26/5).
Untuk komoditas minyak, Andy memperkirakan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) akan diperdagangkan mix pekan ini karena terkena katalis dari dua sisi. Risiko kenaikan harga akan datang dari sisi penawaran. Dengan demikian, hemat Andiy investor harus bersikap konservatif terhadap permintaan minyak di AS.
Baca Juga: Harga komoditas cenderung volatile, cermati saham-saham ini
Sementara itu, harga batubara global akan diperdagangkan lebih tinggi pekan ini. Sebab, persediaan di enam pembangkit listrik utama di China dan tingkat pembakaran batubara mingguan (weekly coal burned) mengirimkan sinyal positif.
Untuk komoditas logam dasar (basic metals), Andy memperkirakan harga nikel dan timah global akan diperdagangkan dua arah pekan ini. Risiko kenaikan harga untuk kedua komoditas akan datang dari sisi penawaran, sedangkan risiko penurunan harga akan muncul dari sisi permintaan.
Untuk komoditas crude palm oil, Andy melihat ada katalis penurunan harga yang datang dari dalam negeri. Catatan Andy, Indonesia akan menaikkan retribusi ekspor CPO sebesar US$ 5 per ton menjadi US$ 55 per ton pada bulan Juni mendatang. Keputusan ini dibuat mengikuti dinamika harga CPO global.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Pangkas Target Penjualan Alat Berat
Sebagai catatan, Indonesia mengumpulkan retribusi ekspor CPO melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang akan menggunakan retribusi tersebut untuk pengembangan dan insentif biodiesel.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan bahwa harga CPO global akan kurang menarik pekan ini,” tutup Andy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News