kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,28   -13,21   -1.43%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iuran BPJS Kesehatan naik, begini dampaknya ke emiten farmasi


Kamis, 02 Juli 2020 / 20:07 WIB
Iuran BPJS Kesehatan naik, begini dampaknya ke emiten farmasi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

"Kami belum dapat memberikan kepastian kewajiban Rumah Sakit (RS) dibayar BPJS Kesehatan tepat waktu. Demikian pula kewajiban RS ke industri farmasi apakah dibayarkan sesuai dengan jadwal," jelas Direktur Keuangan Indofarma Herry Triyatno kepada Kontan.co.id, Kamis (2/7). 

Baca Juga: Iuran peserta PBI BPJS Kesehatan tahun ini ditanggung pemerintah pusat

Herry mengaku, hingga saat ini piutang BPJS Kesehatan terhadap INAF mencapai sekitar Rp 50 miliar. 

Pada penutupan perdagangan, Kamis(2/7), mayoritas saham farmasi yang berkapitalisasi pasar (market cap) triliunan ditutup di zona hijau. 

Saham INAF dan KLBF misalnya, masing-masing mencatatkan kenaikan 2,54% dan 2,05%. INAF ditutup di level Rp 1.010, sementara KLBF ditutup di level Rp 1.495. Kenaikan harga saham juga dialami oleh emiten plat merah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang menguat 3,64% ke level Rp 1.140. Hanya PT Phapros Tbk (PEHA) yang mengalami koreksi tipis, 0,38% menjadi Rp 1.300. 

Analis Panin Sekuritas Indonesia William Hartanto melihat, pertumbuhan harga pada saham-saham farmasi cenderung dipicu oleh keterlibatannya dalam memproduksi vaksin Covid-19. 

"Jadi, efek BPJS ini mungkin kecil," ungkap William ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/7). 

Oleh karenanya, selama pandemi Covid-19 belum usai, emiten farmasi masih memiliki prospek yang baik. Produk-produk farmasi juga menjadi lebih dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. 

Sementara itu, Analis Pilarmas Investindo Okie Ardiastama melihat kenaikan yang dialami oleh emiten farmasi saat ini  sifatnya hanya sementara. 

"Kita perlu melihat dampak nyata dari kenaikan iuran tersebut terhadap BPJS Kesehatan," kata Okie ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/7). 

Lebih lanjut ia menjelaskan, apabila kondisi keuangan BPJS Kesehatan membaik, tentunya para emiten yang menjadi mitra ikut terdorong kinerjanya. 

Akan tetapi untuk saat ini, Okie belum bisa merekomendasikan emiten farmasi yang bisa dilirik. Mengingat mayoritas emiten farmasi memiliki likuiditas yang kurang baik. Sebenarnya KLBF cukup menarik, akan tetapi untuk saat ini harganya sudah dekat dengan titik puncak dan ada indikasi membentuk rising wedge. 

"Sehingga, apabila kenaikan dari KLBF tidak impulsif, maka ada peluang KLBF akan terkoreksi menuju Rp 1.350. Bullish confirmation berada di atas Rp 1.500 untuk KLBF," jelasnya lagi. 

Di sisi lain, William justru menganggap KLBF masih layak untuk dikoleksi. Ia menyarankan buy KLBF dengan target harga Rp 1.650. Untuk emiten terkait farmasi lainnya, William juga menyarankan buy SIDO dengan target harga Rp 1.400. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×