kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Isu PSBB ketat kembali mencuat, bagaimana dampaknya ke IHSG?


Rabu, 16 Desember 2020 / 17:29 WIB
Isu PSBB ketat kembali mencuat, bagaimana dampaknya ke IHSG?
ILUSTRASI. Koreksi IHSG pun semakin menipis, sejak awal tahun hanya terkoreksi 2,88%.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kembali mencuat. Sebelumnya, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Luhut Binsar Pandjaitan menganjurkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dengan porsi hingga 75% dari sebelumnya hanya 50%.

Selain itu, jam operasional mal, restoran, tempat hiburan, dibatasi hanya sampai pukul 19.00 WIB untuk wilayah Jabodetabek, dari sebelumnya pukul 21.00. Sementara untuk operasional mal, restoran dan tempat hiburan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dibatasi hingga pukul 20.00 WIB.

Aroma pengetatan PSBB ini semakin kuat, manakala Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengamini, pihaknya tengah mengkaji pengetatan PSBB di masa libur panjang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) sesuai instruksi Menko Kemaritiman dan Investasi tersebut.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, rencana pengetatan PSBB tentu dapat menjadi sentimen negatif bagi emiten perdagangan retail yang aktivitas gerainya berpotensi terganggu sepanjang ketentuan PSBB.

Baca Juga: Kurs rupiah berpotensi melemah lagi pada Kamis (17/12)

Hanya saja, pelaku pasar juga perlu mencermati bahwa pelaku usaha sudah mulai melakukan shifting dari penjualan konvensional ke digital. “Kami berharap hal ini bisa membantu emiten retail untuk mencapai kinerjanya hingga akhir tahun,” ujar Okie kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Okie menilai, saat ini sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri cukup positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini tentu dapat menjadi pertimbangan investasi bagi investor dimana trigger pemulihan ekonomi juga telah terlihat di kuartal ketiga 2020.

Erik Argasetya, Chief Investment Officer Jagartha Advisors menilai, penerapan PSBB ketat tidak akan menjadi isu jangka panjang bagi IHSG. Namun, dalam jangka pendek, sangat mungkin PSBB ini menjadi sentimen negatif. Itu pun hanya sesaat.

Baca Juga: IHSG melesat ke 6.118, empat saham LQ45 menguat double digit

”Ini akan dimanfaatkan investor besar untuk take profit (ambil untung). Investor ritel juga melepas posisi. Nanti mereka kembali mengoleksi,” terang Erik dalam acara bincang-bincang dengan media, Rabu (16/12).

Erik menilai, saat ini ada dua faktor pertahanan bagi IHSG. Pertama adalah kepastian adanya vaksin. Inilah faktor yang membedakan kondisi saat ini dengan periode di awal pandemi masuk ke tanah air, yakni pada Februari dan Maret 2020. Kala itu, pelaku pasar masih buta terkait virus corona dan penanggulangannya.

Kedua, adanya sokongan dari mekanisme pasar. Saat ini otoritas Bursa Efek Indonesia belum mengembalikan aturan auto reject bawah (ARB). Sehingga, dari sisi mekanisme pasar pun masih bisa menahan sentimen negatif ini.

“Apakah PSBB berdampak ke pasar? Dalam jangka pendek masih bisa. Untuk jangka panjang, pasar sudah priced in dampak negatifnya,” sambung Erik.

Baca Juga: NH Korindo Sekuritas catat 10 mandat IPO untuk tahun depan

Senada, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, rencana penerapan PSBB ketat ini hanya akan menjadi sentimen jangka pendek bagi IHSG. “Sentimen jangka pendek mungkin saja ada aksi profit taking para investor dengan pandangan jangka pendek,” terang dia kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Setelah adanya pemberitaan rencana PSBB, IHSG masih tetap perkasa hari ini. Hingga akhir perdagangan Rabu (16/12), IHSG ditutup menguat 1,80% ke level 6.118.402. Koreksi IHSG pun semakin menipis, sejak awal tahun hanya terkoreksi 2,88%.

Baca Juga: Saham tambang batubara dan nikel masih jadi primadona pekan ini, simak rekomendasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×