Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
”Ini akan dimanfaatkan investor besar untuk take profit (ambil untung). Investor ritel juga melepas posisi. Nanti mereka kembali mengoleksi,” terang Erik dalam acara bincang-bincang dengan media, Rabu (16/12).
Erik menilai, saat ini ada dua faktor pertahanan bagi IHSG. Pertama adalah kepastian adanya vaksin. Inilah faktor yang membedakan kondisi saat ini dengan periode di awal pandemi masuk ke tanah air, yakni pada Februari dan Maret 2020. Kala itu, pelaku pasar masih buta terkait virus corona dan penanggulangannya.
Kedua, adanya sokongan dari mekanisme pasar. Saat ini otoritas Bursa Efek Indonesia belum mengembalikan aturan auto reject bawah (ARB). Sehingga, dari sisi mekanisme pasar pun masih bisa menahan sentimen negatif ini.
“Apakah PSBB berdampak ke pasar? Dalam jangka pendek masih bisa. Untuk jangka panjang, pasar sudah priced in dampak negatifnya,” sambung Erik.
Baca Juga: NH Korindo Sekuritas catat 10 mandat IPO untuk tahun depan
Senada, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, rencana penerapan PSBB ketat ini hanya akan menjadi sentimen jangka pendek bagi IHSG. “Sentimen jangka pendek mungkin saja ada aksi profit taking para investor dengan pandangan jangka pendek,” terang dia kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).
Setelah adanya pemberitaan rencana PSBB, IHSG masih tetap perkasa hari ini. Hingga akhir perdagangan Rabu (16/12), IHSG ditutup menguat 1,80% ke level 6.118.402. Koreksi IHSG pun semakin menipis, sejak awal tahun hanya terkoreksi 2,88%.
Baca Juga: Saham tambang batubara dan nikel masih jadi primadona pekan ini, simak rekomendasinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News