kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Isu lingkungan tekan harga batubara


Kamis, 21 Maret 2013 / 07:26 WIB
Isu lingkungan tekan harga batubara
ILUSTRASI. IHSG menguat 0,47% ke 6.656,94 pada perdagangan Selasa (26/10).


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga batubara masih melempem. Ekonomi global yang masih dirundung ketidakpastian serta isu lingkungan hidup membuat pamor harga komoditas energi ini meredup.

Harga batubara untuk kontrak pengiriman April 2013 di ICE Futures, Selasa (19/3) pukul 16.29 WIB, melemah 0,54% menjadi US$ 91,75 per ton dibanding harga sehari sebelumnya. Ini merupakan harga terendah sejak 12 November 2012.  

Wacana dari Environmental Protection Agency (EPA), yang berisi usulan penyamarataan standar emisi pembangkit listrik batubara dengan gas alam, dianggap akan merugikan para produsen batubara, terutama di Amerika Serikat (AS), karena cukup sulit direalisasikan.

Lembaga Administrasi Energi AS menyebut, penggunaan batubara untuk pembangkit listrik makin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, alokasi penggunanaan batubara sebagai pembangkit listrik di AS turun menjadi 37% dari 2010 yang sebesar 45%. Pada 2005, penggunaan batubara sebagai pembangkit listrik masih 50%.    

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri mengatakan, secara global permintaan batubara juga memang semakin berkurang. Salah satu penyebabnya karena makin banyaknya sumber-sumber energi alternatif yang dimaksimalkan.

Masih tertekan

China bersama India selama ini merupakan importir terbesar batubara. Namun, sejak  musim dingin berakhir, negara-negara itu cenderung memaksimalkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Ini lantaran pemerintah China memberlakukan standar emisi baru pada enam industri terkait akibat polusi di China yang termasuk tinggi.

Saat ini, hanya India yang masih menjadi importir terbesar. Sementara, persediaan batubara dari negara produsen seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Indonesia dan Afrika Selatan makin menumpuk. “Makin sedikit pengguna batubara, bisa dipastikan harga batubara semakin tertekan bahkan bisa sampai di bawah level US$ 85,00 per ton dalam sepekan ini,” kata Kiswoyo.

Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia menambahkan, sampai akhir bulan ini tidak akan banyak faktor fundamental yang mampu mengangkat harga batubara. Namun, Juni berpendapat, permintaan dari India sampai saat ini cukup stabil, setidaknya mampu menopang pergerakan harga batubara agar tidak kian terpuruk.    

Sampai akhir 2013, penurunan produksi batubara dari negara-negara produsen masih akan terjadi. "Mereka  harus menyesuaikan dengan jumlah permintaan yang semakin berkurang,” ujar Juni.

Kiswoyo memprediksi, harga batubara masih akan melemah di kisaran US$ 85,00 – US$ 90,00 per ton dalam sepekan ini. Sementara, Juni menduga, harga batubara berpotensi melanjutkan koreksi di rentang US$ 86,00 – US$ 90,00 per ton.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×