kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.800   -4,00   -0,03%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

ISAT tambah utang Rp 1 triliun


Senin, 24 Februari 2014 / 16:12 WIB
ISAT tambah utang Rp 1 triliun
ILUSTRASI. Plastic letters arranged to read 'Inflation' are placed on British Pound banknote in this illustration taken, June 12, 2022. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) kembali berencana menambah utang. Jumlah pinjaman yang ISAT akan diambil senilai Rp 1 triliun. Pinjaman diperoleh dari bank dalam negeri. "Penarikannya di kuartal kedua tahun ini," sebut Presiden Direktur ISAT, Alexander Rusli, Senin, (24/2).

Rencananya, ISAT akan menggunakan dana itu untuk pembiayaan kembali atau refinancing utang. Alexander bilang, pihaknya secara keseluruhan memiliki utang sebesar US$ 2 miliar atau Rp 24 triliun. Pada jumlah tersebut, masing-masing terbagi sekitar 50% dalam mata uang dollar dan rupiah.

Berdasarkan laporan keuangan ISAT di kuartal ketiga 2013, rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio (DER)-nya cukup tinggi di 2,1 kali. Liabilitasnya yakni Rp 36,84 triliun dengan ekuitas Rp 17,52 triliun.

Utang bank yang tercatat jatuh tempo tahun ini adalah Rp 2,3 triliun. Di situ, utang kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 1,5 triliun jatuh tempo pada 10 Februari. Kemudian, ISAT memiliki 35% atau Rp 803,56 miliar utang dalam dollar.

Utang diperoleh dari SEK Swedia sebesar Rp 522,59 miliar, HSBC Prancis senilai Rp 233,87 miliar, dan fasilitas pinjaman komersial 9 tahun yaitu Rp 47,1 miliar.

Demi menekan beban, ISAT berencana mengurangi porsi utangnya yang bentuk dollar. Caranya, ISAT ingin mencari pinjaman dalam rupiah dan mengkonversinya ke dollar. "Secara umum mencari alternatif yg murah. Opsi itu terbuka, maunya mengurangi beban Dollar ke Rupiah. Tapi kalau harganya masuk akal," ucap Alexander.

Alexander bilang, pihaknya cenderung memilih pinjaman perbankan dibanding obligasi sebagai pembiayaan. Pasalnya, penerbitan obligasi memiliki proses yang kompleks.

Waktu yang harus ditempuh itupun lebih panjang, yakni sekitar 1,5 bulan. Jika mencari dari bank, prosesnya hanya membutuhkan 3 sampai 4 minggu. Terlebih, saat ini suku bunga perbankan bisa lebih murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×