Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alternatif instrumen investasi jangka pendek bagi investor ritel semakin beragam dengan munculnya tawaran investasi melalui Surat Berharga Investasi Jangka Pendek (SBI-JP) dari para perusahaan yang membutuhkan dana.
PT Ascort Asia sebagai perusahaan konsultan jasa keuangan, telah dua kali bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) merekomendasikan pembiayaan korporasi melelui penerbitan SBI JP. Dua perusahaan yang pernah Ascort tangani adalah PT Riscon Victory dan PT Sumber Energi Alam Mineral.
Anthony Soewandy,Group CEO PT Ascrot Asia mengatakan SBI-JP cocok diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana secara bertahap.
"Kalau MTN ada masa penawaran misalnya tiga bulan, kalau target dana tidak terkumpul bisa tidak jalan proyeknya, atau sebaliknya jika langsung terkumpul semua dananya, tetapi perusahaan sebenarnya belum akan menggunakan semua dana tersebut, juga dan malah jadi menanggung bunga di awal, oleh karena itu instrumen ini cocok bagi pembiayaan secara bertahap," kata Anthony.
Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga menambahkan, SBI-JP yang memiliki tenor pendek 180 hari dan 360 hari ini bisa membantu cashflow perusahaan.
Dengan memiliki tenor pendek, SBI-JP juga lebih tepat dibandingkan dengan deposito, daripada MTN ataupun obligasi. Anthony menjelaskan SBI-JP juga lebih cocok ditawarkan pada investor ritel. Sangat berbeda dengan MTN dan obligasi yang umumnya dibeli oleh investor institusi dengan jumlah besar.
Sedangkan, SBI-JP milik PT PT Sumber Energi Alam Mineral ditetapkan minimal investasinya adalah Rp 100 juta. "Target ke investor ritel ini lebih mudah karena seperti deposan bank, mereka hanya melihat suku bunga menarik, kemudian skema dari SBI-JP ini terproteksi karena ada jaminan nilai agunan," kata Anthony.
Keamanan jaminan dana investasi cukup terukur dan risiko termitigasi melalui proses uji tuntas kelayakan SBI-JP yang mengedepankan transparansi dan dijamin dengan nilai agunan sebesar 125% dari nilai pinjaman.
Penerbitan SBI-JP melibatkan beberapa lembaga independen seperti konsultan hukum, lembaga studi kelayakan, kantor akuntan publik, notaris dan PPAT, Kantor Jasa Penilai Publik yang menilai atas nilai aset agunan yang dijaminkan.
Desmon menilai, instrumen ini menarik dan bisa memperdalam pasar keuangan ritel. "Ini positif karena investor ritel bisa punya akses berinvestasi pada korporasi dan bisa menambah jumlah investor korporasi yang saat ini tertinggal jauh dari Surat Berharga Negara (SBN)," kata Desmon, Senin (10/12).
Selain itu, SBI-JP juga bisa dijadikan sebagai instrumen cash management yang mirip seperti Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
Desmon berharap, dengan munculnya terbosoan instrumen pembiayaan ini, beban perbankan bisa berkurang. "Selama ini surat utang korporasi yang pendek itu tenornya satu tahun, SBI-JP bisa di bawah satu tahun ini menambah variasi instrumen investasi," kata Desmon.
Dari sisi return, SBI-JP juga menawarkan tingkat imbal hasil cukup tinggi. PT Sumber Energi Alam Mineral kini masih dalam menawarkan SBI-JP miliknya hingga 12 bulan ke depan dengan menawarkan imbal hasil 12% gross atau sekitar 10,5% nett. Bila dibandingkan dengan instrumen surat utang ritel yang dikeluarkan pemerintah berada di sekitar 8%, tentu SBI-JP jadi menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News