kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor Menanti Hasil RDG BI, Penawaran Pada Lelang SUN (21/6) Cuma Rp 35,06 Triliun


Selasa, 21 Juni 2022 / 18:59 WIB
Investor Menanti Hasil RDG BI, Penawaran Pada Lelang SUN (21/6) Cuma Rp 35,06 Triliun
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mencatat jumlah penawaran yang masuk pada lelang hari ini, Selasa (21/6) sebesar Rp 35,06 triliun. Jumlah ini turun jika dibandingkan dengan lelang dua pekan sebelumnya yang mencapai Rp 43,54 triliun.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, turunnya jumlah penawaran masuk pada lelang kali ini lantaran investor tengah berada dalam posisi wait and see. 

Ia menjelaskan, saat ini pasar tengah menanti seperti apa arah kebijakan Bank Indonesia terkait suku bunga BI7DRR.

“Tapi, pasar mengekspektasikan BI akan menaikkan suku bunga, yang tercermin dari kenaikan yield yang diminta pada lelang kali ini,” kata Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/6).

Baca Juga: Lebih Rendah, Jumlah Penawaran pada Lelang SUN Selasa (21/6) Hanya Rp 35,06 Triliun

Adapun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada lelang kali ini memang mengalami kenaikan dibandingkan lelang dua pekan sebelumnya. Kenaikan terjadi di seluruh tenor, tapi kenaikan yang signifikan terjadi pada seri FR0090 dan FR0091. Tercatat, yield untuk FR0090 naik sebesar 57 bps dan FR0091 naik sebesar 47 bps.

Fikri menambahkan, imbas dari ekspektasi kenaikan suku bunga tersebut turut membuat spread antara yield tertinggi dengan yield terendah yang masuk jauh lebih lebar dibandingkan lelang dua pekan sebelumnya. 

“Tapi kenaikan yield tersebut sebenarnya masih wajar mengingat yield SBN acuan 10 tahun juga mengalami kenaikan. Lagipula, kenaikannya juga belum overshoot,” imbuh Fikri.

Sementara itu, dari sisi eksternal, sejatinya pasar obligasi Amerika Serikat tengah berada dalam tekanan seiring terjadinya inverted yield. Namun, Fikri melihat hal tersebut tidak akan memberi dampak yang signifikan terhadap pasar SBN domestik. 

Menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk ekspektasi pasar terhadap terjadinya resesi ekonomi di AS.

Lagipula, karakteristik investor di pasar SBN juga cenderung berbeda. Salah satu indikasinya adalah ketika yield US Treasury tenor 2 tahun naik, yield SBN yang mengalami kenaikan justru yang bertenor 10 tahun.

Baca Juga: Pemerintah Akan Melelang 7 Seri SUN pada 21 Juni Dengan Target Rp 20 Triliun

Oleh karena itu, Fikri melihat ke depannya, penawaran yang masuk pada lelang SBN bisa membaik. Terlebih ketika BI sudah memastikan sikapnya dengan menaikkan suku bunga BI7DRR. 

“Karena kondisi fundamental Indonesia itu solid, apalagi likuiditas di dalam negeri juga masih sangat baik,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×