Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit Suisse baru-baru ini memberikan rekomendasi negatif terhadap bursa saham Tanah Air. Bank sekaligus manajer investasi terkemuka yang berbasis di Swiss itu diketahui telah memangkas rekomendasinya menjadi 10% underweight.
Padahal sebelumnya rekomendasi yang diberikan adalah 20% overweight. Pemangkasan rekomendasi tersebut yang akhirnya menjadi biang kerok anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 1,05% ke level 6.426,32 pada perdagangan, Selasa (12/2).
Sebagai informasi, Analis Credit Suisse Alexander Redman dan Arun Sai memangkas rekomendasinya dengan pertimbangan penguatan indeks Morgan Stanley Capital International Indonesia United States (US) Dollar sebesar 34% di atas indeks MSCI Emerging Market (EM) sejak pertengahan Mei 2018 lalu.
Kedua analis itu menilai bahwa sudah saatnya investor global untuk mengurangi asetnya di bursa saham Tanah Air sebelum memasuki fase underperformance.
Lain halnya dengan Credit Suisse, JP Morgan malah memberikan rekomendasi overweight pada bursa saham Tanah Air lantaran akan mengalami pertumbuhan dua digit di akhir tahun ini.
Melalui laporannya yang dirilis pada Rabu (13/2) Head of Currencies, Commodities and EM Research JP Morgan Luis Oganes memprediksi tekanan yang dialami oleh bursa saham negara berkembang atawa emerging market, termasuk Indonesia akan berakhir pada kuartal II-2019 dan mulai berbalik arah.
Penilaian yang dilakukan oleh Bank sekaligus manajer investasi terkemuka yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tersebut berhasil membuat IHSG mengakhiri perdagangan sesi pertama hari ini naik tipis 0,19% ke level 6.438,31.
Namun sayang, pada sesi kedua IHSG harus rela mengakhiri perdagangan di level 6.419 atau kembali melemah 0,11%.
Adanya perbedaan hasil penilaian yang dilakukan oleh dua bank sekaligus manajer investasi terkemuka di dunia ini tentu membingungkan investor, baik global maupun domestik.
Mereka tentunya bingung bagaimana harus bersikap atau mengambil keputusan terhadap aset-aset yang mereka miliki.
Analis Senior Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan perbedaan hasil penilaian dari Credite Suisse dan JP Morgan tidak banyak mempengaruhi investor-investor kelas kakap maupun institusi seperti manajer investasi.
Dia menilai bahwa mereka sejak awal sudah memiliki pandangan sendiri dan telah menyusun rencana terhadap penempatan aset-aset yang mereka miliki di Indonesia.
Mereka juga sudah mempertimbangkan berbagai kemungkinan buruk dari sentimen-sentimen negatif yang akan berhembus di kemudian hari.
Kemudian terkait dengan anjloknya IHSG, Alfatih bilang bahwa hal itu merupakan sesuatu yang wajar mengingat kenaikan yang terjadi sejak awal tahun sudah cukup tinggi.
“Kenaikan itu tentunya membuat investor beramai-ramai mengambil untung atau melakukan aksi profit taking,” kata dia kepada Kontan.co.id.
Sebagai informasi, IHSG berhasil mencatatkan kenaikan sejak awal tahun 2019 atau year to date (YTD) sebesar 3,63%. Tercatat IHSG pada perdagangan perdana awal tahun 2019 dibuka di level 6.197,87.
Selain aksi profit taking yang didorong oleh penilaian dari Credit Suisse, Alfatih bilang terdapat faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pelemahan IHSG, antara lain kembali naiknya harga minyak dunia dan tertekannya kurs atau nilai tukar rupiah melewati level psikologis Rp 14.000 per dollar AS.
“Pelemahan atau koreksi dari IHSG kali ini berlangsung dalam jangka pendek di kisaran 6.300-6.450, IHSG kemudian akan kembali melaju dan diproyeksi akan mengalami kenaikan hingga mencapai level 6.700,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News