kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Saran para analis menyusul sentimen dari pernyataan Credit Suisse dan JP Morgan


Rabu, 13 Februari 2019 / 19:53 WIB
Saran para analis menyusul sentimen dari pernyataan Credit Suisse dan JP Morgan


Reporter: Aldo Fernando | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemarin Selasa (12/2), Credit Suisse menyebut saatnya jual aset di Indonesia karena memasuki fase underperformance, sementara JP Morgan dalam global market outlook 2019 menyebut, Indonesia sebagai salah satu top pick investasi di emerging market.

Bagaimana investor menyikapi sentimen rekomendasi dari kedua bank investasi raksasa milik asing tersebut?

Analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono berpendapat, investor terutama yang besar dan institusional, lazimnya akan menggunakan pandangan sejumlah riset terkemuka untuk menentukan arah investasinya.

“Hal ini mereka lakukan untuk mencari pandangan umum ke mana investasi mereka harus diarahkan. Misal dari tiga pandangan mengatakan buy dan hanya satu sell, maka secara konsesus arah investasi adalah buy,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/2).

Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su mengatakan, pengaruh rilis Credit Suisse dan JPMorgan tersebut bergantung pada pandangan masing-masing investor. “Kalau setuju, jual. Kalau tidak, bisa juga malah beli,” ujarnya kepada Kontan.co.id.

Sementara analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, aksi saling bantah antar ‘raksasa’ tersebut akan membuat investor kebingungan. Namun, kata William, mengenai pendapat mana dari kedua bank investasi asing tersebut yang tepat akan dibuktikan oleh pasar itu sendiri.

“Cara melihatnya mudah. jika investor asing banyak net sell setelah mereka (Credit Suisse) downgrade, maka mereka yang benar dan investor asing lainnya biasanya akan menyusul aksi jual. Tapi jika mereka salah, kita akan melihat masih adanya nett buy investor asing dalam jumlah besar. Yang perlu diperhatikan adalah respons pasarnya, apakah terlihat ada kepanikan atau tidak,” jelas William kepada Kontan.co.id.

Kornelis menyebut, sentimen downgrade dari Credit Suisse tersebut hanya akan mempengaruhi investor asing dalam jangka pendek.

“Karena jika ada yang menggunakan pandangan Credit Suisse untuk menentukan arah investasinya, mereka akan segera rebalancing portofolionya,” ujar Kornelis.

Senada, Harry bilang, sentimen tersebut bisa bertahan dua sampai tiga pekan. “Karena aksi jual kadang kala memerlukan board meeting untuk institutional investor asing. Prosesnya bisa dua minggu dan baru setelah itu mereka bisa aksi jual,” katanya.

William juga mengatakan efek sentimen tersebut akan berlangsung singkat. “Biasanya singkat karena hanya mengukur arus dana saja. Mengalir keluar atau malah bertambah, seperti saya katakan tadi. Kalau arus dana masuk makin banyak, maka isu-isu downgrade tadi akan segera dilupakan arena pelaku pasar optimistis kembali,” jelasnya.

Kornelis menyarankan, di tengah tarik-menarik pendapat antara Credit Suisse dan JPMorgan tersebut, investor domestik perlu tetap yakin akan kondisi ekonomi Indonesia, terutama pada tahun pemilu ini yang ia yakini akan membuat IHSG positif.

“Mengenai riset lembaga keuangan raksasa, hendaknya investor menggunakan beberapa pandangan supaya bisa mendapatkan sebanyak mungkin informasi sebelum membuat keputusan investasi,” ujarnya.

Sementara William berpendapat, pelaku pasar tidak perlu terlalu mengamini pendapat broker asing tersebut. Meskipun, rilis broker asing cukup menakutkan, akan selalu ada saham yang bisa memberikan keuntungan.

“Jadi saran saya fokus ke pasar saja. Jangan fokus pada apa yang mereka katakan. Efeknya paling hanya ke saham-saham blue chips. Tapi investor domestik masih bisa mencari kesempatan di saham-saham second liner atau third liner yang justru persentase keuntungannya bisa lebih tinggi di saat seperti ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×