Reporter: Dyah Megasari | Editor: Test Test
JAKARTA. Besok (13/4), pemerintah bakal kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara. Para analis memprediksi, investor institusi akan memburu surat utang syariah tersebut.
Dalam lelang tersebut, ada tiga seri sukuk yang ditawarkan kembali alias reopening. Yaitu, IFR 0003 yang akan jatuh tempo tahun 2015, IFR 0005 yang akan jatuh tempo 2017, dan IFR 0006 yang akan jatuh tempo 2025. Kemudian, ada seri IFR 0008 yang merupakan penerbitan baru dan akan jatuh tempo pada 2020.
Angky Hendra, Analis Obligasi Batavia Asset Manajemen, menilai minat investor bakal lebih besar ketimbang target indikatif yang dipatok pemerintah sebesar Rp 1 triliun. Meski begitu, belum tentu pemerintah menyerap seluruh penawaran yang masuk.
Indikasinya adalah lelang sukuk pada 30 Maret lalu. Pemerintah hanya menyerap Rp 620 miliar dari Rp 1,69 triliun penawaran yang masuk. "Saat ini yang jadi pertimbangan pemerintah adalah beban bunga atau yield," jelas Angky.
Ia memperkirakan, investor yang banyak memburu sukuk ini adalah investor institusi. Misalnya, perusahaan manajer investasi (MI) yang memiliki portofolio aset berbasis syariah untuk reksadana syariahnya.
Angky melihat, investor saat ini menyukai surat utang yang memiliki tenor pendek dengan alasan meminimalisasi risiko. Pasalnya, pasar memprediksi tingkat inflasi berpotensi naik sehingga suku bunga juga akan terangkat.
"Kalau pasar memilih surat utang tenor panjang, koreksi harganya bisa cukup dalam," timpal Heru Helbianto, Head Debt Of Capital Market NC Securities.
Sejatinya, investor sukuk sama saja dengan investor SUN yang sangat menginginkan yield (imbalan) tinggi. Namun, sebagian besar investor sukuk mengajukan yield di atas SUN acuan sebagai kompensasi pasar sekunder sukuk yang kurang likuid.
Para analis memperkirakan, lelang sukuk besok masih bisa menarik masuknya dana asing ke pasar SUN. "Kalaupun di luar negeri menaikkan suku bunga acuan, tidak akan terjadi koreksi terlalu dalam karena spread yield kita masih cukup jauh," jelas Heru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News